Dan nyatanya hingga kini, klub yang berjuluk The Guardians dan kerap berpindah markas ini nyatanya tetap eksis di kasta teratas kompetisi Liga Indonesia. Dan nyaris tak pernah ada unjuk rasa dari suporternya.
Lha gimana mau ada unjuk rasa suporter? Wong basis suporter aja nggak punya. Tapi inilah salah satu wujud sepakbola pragmatis di negeri +62. Asal punya modal bisa langsung punya klub bola dengan mengakuisisi klub yang sudah ada.
Ini pulalah yang sempat disinggung dan ditegaskan oleh Azrul saat menyatakan pengunduran dirinya. Ia meminta Persebaya harus tetap di Surabaya, dan tidak boleh 'pergi' ke manapun.
Azrul Ananda adalah Presiden Persebaya yang visioner. Azrul menjadikan Persebaya sebagai tim yang berkelas dengan sistem manajemen yang modern.
Tapi mungkin kemarin-kemarin banyak yang berkata padanya "Jadi presiden klub Persebaya itu berat, kamu nggak akan kuat,"
Jadilah untuk saat ini, langkah mundur bagi seorang Azrul Ananda adalah ibarat mundur selangkah dahulu untuk bisa maju sepuluh langkah.
Kelak, jika kondisi sudah memungkinkan dan lebih kondusif, bukan tak mungkin pria lulusan California State University Sacramento ini akan kembali menjadi presiden klub.Â
Ya, presiden yang tak terbatas satu, dua, atapun tiga periode.
Halah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H