Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Seri 1, Keputusan Stratejik: Pentingnya Mengenal Emosi bagi Pemimpin

14 November 2022   23:01 Diperbarui: 14 November 2022   23:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Pengantar

Presiden Carter berhasil menggunakan kekuatan emosi ketika mengadakan negoisasi perdamaian antara Mesir dan Israel. Presiden Carter mengundang Perdana Menteri Israel, Menachem Begin dan Presiden Mesir, Anwar Sadat untuk datang ke Camp David. 

Tujuan diadakan pertemuan tersebut adalah membantu kedua pemimpin yang berseteru untuk bernegoisasi agar memperoleh kesepakatan yang dapat membawa perdamaian. Namun selama tiga belas hari pertemuan diadakan, proses negoisasi mengalami kebuntuan karena tidak ada kesepakatan diantara keduanya, hal tersebut membuat Presiden Carter merasa masygul.

Namun demikian, Presiden Carter membuat langkah yang berdampak emosional secara signifikan. Ketika mereka diminta untuk berfoto bersama (antara Carter, Menachem Begin dan Anwar Sadat), Begin meminta foto tersebut dengan alasan akan dihadiahkan untuk cucu perempuannya tercinta. Lantas Presiden Carter memberikan hasil foto tersebut kepada Begin yang sebelumnya telah tertulis nama cucu perempuandibalik foto tersebut.

Menachem Begin menerima foto tersebut dengan suka cita karena nama cucu perempuannya tertulis di belakang foto tersebut. Kemudian mereka tak terasa terlibat pembicaraan tentang cucu-cucunya dan juga masalah perang. Saat itu pulalah, terjadi proses titik balik dari negosisasi yang buntu tersebut. Pada hari itu juga, antara

Presiden Carter, Menachem Begin dan Anwar Sadat sepakat untuk menandatangani Camp David Accord (Persetujuan Camp David).

Kisah Lainnya:

Setelah berbulan-bulan digodok sebuah gagasan atau ide oleh sebuah tim yang telah bekerja keras untuk menghasilkan sebuah konsep Design mobil terbaru. Seorang R & D akhirnya merasa yakin bahwa design mobil tersebut akan disetujui oleh Dewan Direksi dan Komisaris nantinya. Ia merasa yakin karena ia bersama tim telah membahas secara komprehensif berdasarkan survey dan research pasar mengenai keinginan pelanggan maupun trend yang terjadi saat ini.

Dengan rasa percaya diri, ketika diadakan rapat bersama seluruh dewan direksi dan komisaris, ia pun menyerahkan konsep design mobil untuk disepakati dan disetujui oleh Direktur Utama. Namun, pada saat ia menjelaskan secara detail konsep tersebut, salah satu direksi produksi mempertanyakan salah satu komponen mesin sebaiknya diproduksi sendiri dan bukannya melalui outsourcing agar memperoleh cost lebih murah.

Direktur R & D menyatakan perubahan komponen akan mempengaruhi performance, " kami hanya membuat design dengan perhitungan matang...." dan lanjutnya "suka atau tidak suka kami tidak akan merubahnya..., masalah harga kompetitif itu wilayahmu dan bukan fokus kami". Entah kenapa, hanya karena kalimat tersebut, justru menjadi bumerang baginya. Berbulan-bulan konsep design mobil tetap sebagai impian, dan kini jabatannya diturunkan hanya sebagai supervisor dalam divisi pembuat asesoris mobil.

Ulasan kisah

Pada dua kisah yang berbeda di atas, menceritakan tentang kisah antara negoisasi yang berhasil dan gagal. Negoisasi merupakan pertemuan antara kedua belah pihak yang memiliki misi atau kepentingan, dimana akan menghasilkan suatu kesepakatan dari salah satu diantaranya kepentingan tersebut atau keduanya.

Dalam kisah negoisasi yang terjadi pada Camp David, Presiden Carter pandai memanfaatkan emosinya sehingga menghasilkan kesepakatan dengan baik. Namun pada kisah yang lain, sang direktur yang terlalu sombong dan percaya diri, tidak pandai memanfaatkan emosinya, selain terjadi kegagalan dalam kesepakatan bahkan justru berdampak buruk baginya.

Persinggungan antara kedua belah pihak, jelas akan menimbulkan emosi dari pihak masing-masing, dan emosi tersebut akan mempengaruhi perilaku atau tindakan yang menghasilkan suatu kesepakatan. Kesepakatan diwujudkan untuk memenuhi kepentingan salah satunya, atau kombinasi diantara keduanya, atau bisa pula menghasilkan ketidaksepakatan.

Namun ada pula, ketika kesepakatan sudah diambil, namun kita merasa kesulitan mewujudkan hasilnya, mengapa?. Karena kesepakatan terjadi berdasarkan 'tekanan' (terintimidasi), pihak Inferior merasa ditekan untuk menandatangani yang sebenarnya belum disepakati, atau sikap diam seribu bahasa mereka (tanda tidak setuju) dianggap sebagai pernyataan setuju. Alhasil, saat kesepakatan dijalankan akan menemui hambatan akibat ketidaksetujuan (ketidaksepakatan) mereka. Inilah yang dikenal dengan kesepakatan untuk ' tidak sepakat'.

 

APAKAH EMOSI ITU?

Sering kita mendengar disekitar kita, atau kita sendiri yang mengalami, entah perdebatan atau percekcokan, yang jelas salah satu atau diantara keduanya menampilkan wajah yang sangat tegang pertanda mengalami emosi dan diungkapkan dengan suatu kemarahan : " Laporan macam apa ini?, sudah berapa lama kamu menjadi manajer hah!,....", atau " suka atau tidak suka, kamu harus mentaati aturan ini!...". Terkadang kita juga tidak mengungkapkan emosi yang kita rasakan dalam suatu sikap, namun tetap saja merusak keceriaan suasana hari itu.

Psikolog Fehr dan Russel mengatakan bahwa setiap orang tahu apa itu emosi, namun tidak seorang pun mengetahui definisi secara jelas atas apa yang mereka rasakan. Kita merasakan adanya emosi, ketika seseorang menyinggung hal yang bersifat pribadi, maka emosi kita akan merespon, diikuti dengan pikiran dan perubahan psikis, juga hasrat untuk melakukan sesuatu. Misalnya, ada seorang bawahan yang menyuruh kita tanpa sadar saat didalam rapat " Siapa dia?,... berani-beraninya menyuruh saya!...". Biasanya perubahan psikis terjadi dengan tekanan darah meningkat sehingga ada keinginan untuk marah.

Emosi yang timbul bisa bersifat negatif atau postiif. Emosi positif menghasilkan perasaan yang menyenangkan -- entah bangga, perasaan senang, lega -- yang menghasilkan sesuatu yang baik. Sebaliknya, emosi negatif akan menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan -- entah marah, kecewa, frustasi -- yang menghasilkan suasana tidak baik.

A. DAMPAK DARI EMOSI NEGATIF

1) Emosi negatif dapat mengalihkan perhatian dari masalah pokok

Emosi negatif bisa menjadi penghalang atas kesepakatan yang telah kita bangun sebelumnya. Ketika seseorang merasa sakit hati, maka emosi tersebut dapat mengubah menjadi suatu permusuhan. Ketika salah satu peserta rapat merasa terganggu atau tersinggung, maka mereka akan mengungkapkan emosi dengan tekanan darah yang meningkat dan membuat mereka mengambil sikap tertentu, entah dengan marah-marah atau hanya berdiam diri saja seraya menggerutu. Yang jelas, mereka akan mengalihkan perhatian dari kesepakatan sebelumnya dengan melindungi diri atas kepentingannya atau justru menyerang kita.

2) Emosi negatif bisa menghancurkan hubungan

Emosi yang kuat dapat mengalihkan pikiran mereka dan membuat kita harus menanggung risiko atas kehancuran suatu hubungan. Dengan rasa marah, mereka akan mencela dengan komentar panjang (bahkan lari dari persoalan sebenarnya) atas kesepakatan yang telah buat, atau meraka akan membahasnya dengan bungkam seribu bahasa ketika kita membutuhkan suatu dukungan atas kesepakatan tersebut.

3) Emosi bisa mengeksploitasi kita

Sebenarnya, ketika mereka mengingkari atau membantah atas pernyataan kita sebelum mereka tertarik dengan penjelasan yang akan kita uraikan, reaksi tersebut menunjukkan adanya perhatian dan kelemahan kita. Orang yang mampu memperhatikan reaksi emosional dengan cermat dapat menilai dan akan mengeksploitasi kelemahan kita, atau sebaliknya. Namun, eksploitasi atas informasi dari sebuah sikap mereka hanya untuk mempertimbangkan sebuah kesepakatan yang kita inginkan.

Ketika kita menjelaskan sesuatu, mereka yang merasa emosi, akan memperhatikan atau mencermati (atau menunggu kita akan berbuat) sebuah kesalahan kecil dan bukan suatu kebenaran dari keseluruhan. Saat itulah, mereka akan menyerang kita habis-habisan atau mengeksploitasi agar tercapai tujuan untuk mencela dengan komentar-komentar pedas sehingga tidak tercapai kesepakatan.


B. DAMPAK DARI EMOSI POSITIF

1) Emosi positif dapat mempermudah terpenuhinya kepentingan substantif

Adanya emosi positif yang tercipta terhadap orang lain, akan menghilangkan rasa kecurigaan, rasa takut atau khawatir dan mengubah hubungan yang selama ini penuh permusuhan menjadi suatu keakraban dan persahabatan. Dengan emosi positif, kita termotivasi untuk bekerja lebih baik. Kita menjadi lebih terbuka untuk mendengar dan berbagi kepentingan kepada orang lain sehingga dapat menghasilkan suatu kesepakatan.

2) Emosi Positif dapat mempererat hubungan

Emosi positif akan memberikan perasaan senang kepada orang lain. Kita bisa bicara dengan menyenangkan tanpa dihantui rasa takut mendapat celaan atas serangan dari orang lain. Dengan menjalin persahabatan bisa sebagai jaring pengaman bagi kita dalam bernegoisasi. Walau dalam situasi negoisasi menegangkan, namun kita bisa duduk bersama untuk mengatasi persoalan.

3) Emosi positif menghilangkan risiko untuk diekspolitasi

Adanya emosi positif yang tercipta terhadap orang lain, juga akan menimbulkan rasa percaya diri pada kita untuk menjelaskan sesuatu. Bahkan ketika kita mengalami suatu kesalahan dan kita yakin akan mendapat tentangan, justru kondisi menjadi terbalik, mereka memahami dan menerimanya, kesepakatan keseluruhan terpenuhi dan point kesalahan dapat diperbaiki nantinya.

C. Penutup

Sebagai penutup penulis hanya mengingatkan bahwa pentingnya kita mengenal dan memahami tentang emosi termasuk dampak yang diakibatkan. Pemunculan emosi dalam diri kadang terjadi secara tiba-tiba sehingga kita tidak siap untuk mengendalikan diri. Namun emosi tidaklah secara umum dianggap hal yang negatif yang harus dibendung atau dihilangkan karena bergantung suasana pada saat emosi tersebut timbul,

Yang jelas, baik emosi bersifat negatif atau positif keduanya akan mengeluarkan energi cukup besar dalam diri kita yang mempengaruhi baik secara psikis (perasaan) maupun fisik. Dalam artikel berikutnya, penulis akan menjelaskan bagaimana mengelola emosi dengan baik meliputi cara mengatasi, mengarahkan maupun mengelolanya.

Sumber Pustaka :

Keajaiban Emosi Manusia (Quantum Emotion for Smart Life), Roger F & Daniel S, Penerbit Think Jogjakarta, 2008. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun