Mohon tunggu...
Cahyo Budiman
Cahyo Budiman Mohon Tunggu... Ilmuwan - Orang biasa

tukang bakso dan mie rebus

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mengejar Pemerkosa Lewat DNA

14 Desember 2012   04:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:41 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena DNA memang secara alami mudah ditemukan diberbagai bagian tubuh kita. DNA sejatinya ada dalam sel-sel tubuh, yang jenisnya beragam. Ada sel darah, sel kulit, sel rambut atau bahkan sel sperma. Semua sel memiliki DNA di inti sel (nucleus) nya, yang pada manusia dikemas dalam sebuah struktur bernama kromosom.  Jadi keberadaan sel pelaku adalah prasyarat untuk bisa menjejak DNA pelaku di tubuh korban.

Ini tidak begitu susah jika memang "kontak fisik" terjadi dengan intensitas tinggi. Sel darah bisa muncul jika pelaku terluka saat kejadian dan darahnya terciprat ke tubuh korban. Ini bisa di isolasi. Sel kulit bisa didapat dari sisa-sisa keringat pelaku yang ada di tubuh korban, karena umumnya sel kulit akan terbawa dalam keringat. Sel rambut bisa didapatkan jika ada potongan rambut, meskipun cuma sehelai, yang tertinggal di tubuh korban. Sel sperma pelaku kemungkinan besar didapatkan pada korban pemerkosaan. Bahkan dalam air liur pelaku yang tertinggal, kita bisa mendapatkan sel mukosa mulut yang terbawa. Didalamnya jelas ada DNA.

1355453549937033368
1355453549937033368
http://publications.nigms.nih.gov Maka wajar jika korban kejahatan biasanya diharapkan tidak berganti pakaian atau tidak mandi ketika akan dilakukan uji forensik. Hal ini untuk mencegah hilangnya jejak-jejak sel tersebut. Untuk mengambilnya biasanya digunakan teknik ulas (swab). Bagian tubuh korban yang memiliki peluang mengandul sel pelaku di ulas atau di usap dengan bahan tertentu sehingga sel pelaku akan terambil. Mulai dari rongga mulut, tubuh, hingga (maaf) vagina.

Begitu sel pelaku berhasil "dipindahkan" dari tubuh korban, maka DNA dengan mudah bisa diekstrak dengan berbagai bantuan bahan kimia dan alat sederhana yang ada di laboratorium. Prinsipnya simpel saja, sel tersebut harus dipecah dengan merusak membran pelindung sel dan inti sel (lysis) sehingga DNA dalam kondisi bebas. Setelah itu, barulah perburuan identitas si pemilik DNA tersebut dimulai.

Bagaimana "perburuan" tersebut berjalan? ini cerita yang lain, tentu saja.

[caption id="attachment_221741" align="alignright" width="300" caption="http://chemistry.tutorvista.com"]

13554726311681368048
13554726311681368048
[/caption] Perlu diingat terlebih dahulu bahwa DNA sejatinya adalah penyusun materi genetik kita (genom). Anda bisa simplifikasikan DNA sebagai segmen dari ruas panjang genom kita. DNA bisa dianalogikan dengan dua untai benang yang saling berikatan, dimana setiap untai disusun oleh molekul lebih kecil bernama nukelotida. Lebih kecil lagi, nucleotida sejatinya adalah kompleks dari tiga unit: molekul gula (deoksiribo, salah satu jenis monosakarida), grup fosfat, dan salah satu dari 4 jenis basa nukleotida (guanine/G, cytosine/C, adenine/A, dan thymine/T).  Kedua untai tersebut berikatan lewat interaksi antara masing-masing basa nukleotida. Mirip dengan struktur tangga yang terdiri dari dua batang utama (backbone) yang dihubungkan oleh anak tangga. Basa nukleotida bisa dianalogikan sebagai "anak tangga" dalam struktur DNA.  Interaksi antara basa tersebut berlangsung tidak secara acak tentu saja. Guanine dari untai pertama hanya akan berikatan dengan cytosine dari untai pasanganya, sementara adenine dari salah satu untai berpasangan dengan thimine di untian kedua. Ikatan tersebut melibatkan serangkaian ikatan kimia yang sedemikian rupa sehingga membuat DNA memiliki bentuk geometri yang khas, yakni berpilin. Inilah yang disebut struktur helix. Jadi dalam struktur helix DNA, kalau dibentangkan masing-masing untainya akan menghasilkan barusan nukelotida. Nukelotida 1 , 2, 3, dan seterusnya. Kalau melihat backbone nya, bisa saja ditulis, basa 1,2,3,4, dan seterusnya.

Dan sekarang mungkin anda akan faham kalau disodorkan sekuens DNA berupa GCTATTGA. Artinya ruas tersebut tersusun dari 8 basa yang terdiri dari basa1 berupa guanine, disambung dengan cytosine, dilanjut dengan thymine, adenine, thymine, thymine, guanine dan diakhiri dengan adenine. Sekuens itu hanya menggambarkan satu untai saja. Bagaimana dengan untai kedua? mudah saja, karena anda tahu apa pasangan spesifik dari masing-masing basa tersebut. Sekuens untai keduanya adalah CGATAACT. Dan untuk simplifikasi, sekuens DNA cukup ditulis dari satu untai saja karena sekuens untai keduanya bisa secara mudah kita duga dari sekuens pertama.

Informasi dasar ini perlu kita ketahui karena dasar pencocokan informasi DNA dari sel yang menempel ditubuh korban prinsipnya mengacu pada informasi sekuens ini.

Lebih dari satu dekade silam, proyek penelitian terbesar di planet bumi, mensekuens urutan basa di genome manusia, rampung. Ada lebih dari 3 milyar basa yang menyusun untai panjang genome manusia. Dan yang paling menarik adalah, kesamaan runutan basa antara satu orang dengan orang lain mencapai  99.9% ! Saya dan anda hanya memiliki perbedaan 0.1% dari pola runutan basa dalam genome kita.

Artinya, meskipun kita berhasil memperoleh sel pelaku dari tubuh korban. Kemudian berhasil mengekstrak DNA-nya atau bahkan menskuens sempurna, hasilnya akan diperoleh 99.9% mirip dengan DNA si korban itu sendiri. Mencari perbedaan 0.1% dari 3 milyar basa tentu bukan hal yang mudah. Dan uji forensik DNA sejatinya adalah menjejak sisa 0.1% yang berbeda tersebut. Karena masing-masing kita memiliki keunikan dalam 0.1% sekuens kita. Orang kembar siam sekalipun, akan menunjukan perbedaan di runutan sekuens ini. Mirip dengan sidik jari setiap manusia yang sangat unik satu sama lainya. Sisa 0.1% sekuens genome kita sangat unik satu sama lain, maka acap kali disebut dengan genetic/DNA finger printing. Analisa DNA fingerprinting ini sendiri dinamakan dengan DNA profiling. Dan DNA profiling ini yang dilakukan para tim forensik untuk menjejak pelaku kejahatan.

Dalam DNA profiling, bisa saja tim forensik mensekuens seluruh untai DNA yang mereka dapatkan, kemudian dicocokan dengan sekuens seluruh DNA si pelaku. Akan ketemu kecocokannya, terutama wilayah 0.1% tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun