Mohon tunggu...
Candrika Adhiyasa
Candrika Adhiyasa Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pelamun, perokok, kurus, agak kepala batu, penikmat sastra terjemahan dan filsafat. Instagram dan Twitter @candrimen

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Aroma Pengasingan dalam Buku Puisi "Suara dari Pengungsian" karya Nissa Rengganis: Sebuah Tinjauan Ringkas

21 November 2021   01:10 Diperbarui: 21 November 2021   01:12 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keadaan genting, di zaman pandemic ini, dunia mulai terdigitasi, dan omong kosong bertebaran bukan lagi di koran cetak, melainkan di media sosial dan program-program lunak---yang sebagian besar kemungkinan tidak terlalu berguna.

"Tuhan, kami lapar

Negara hanya menyediakan webinar."

  • Waktu pun Terhenti (p. 36)

Webinar tak memberi apa-apa kecuali harapan dan secuil kisi-kisi teknis. Seolah-olah kemiskinan dan derita dapat reda sekadar dengan beberapa sesi tatap layar dalam aplikasi meeting. Secanggih apa pun zaman, atau bahkan justru karena ia semakin canggih, konflik identitas tak pernah reda dan cenderung semakin ekslusif serta menajam. Maalouf menyatakan bahwa identitas yang bertautan sedemikian kompleks itu merupakan hal yang sensitif, dan sensitivitas ihwal identitas, misalnya identitas keagamaan, tidak lebih reaktif daripada identitas kebahasaan.

"Kesedihan adalah kami

Diungsikan puisi

Diasingkan bahasa dan kata-kata."

  • Suara dari Pengungsian (p. 72)

Buku ini kemudian secara tersirat menyampaikan dikotomi bangsa, Exile and the Kingdom, yang membelah dunia mereka dengan pagar berduri. Konflik identitas yang melahirkan peperangan, pengasingan, penindasan, akhirnya menciptakan akhir yang ambigu---yang bisa membingungkan begitu banyak pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

"Bagaimana aku harus akhiri bait puisi ini---

Kau pergi juga

Hujan belum reda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun