Terjebak pada slogan-slogan dan tagar #savepalestina
sembari menikmati pasta
di depan sofa dan bersiap ke pesta."
- Apa Kabar Palestina (p. 46)
Dalam keterlunta-luntaan, para pengungsi melarat. Sebagian mati, sebagian menjadi martir di kemudian hari. Lantas, negara kemudian (hanya) menjadi juru catat dari kematian-kematian mereka.
"Atas nama Negara
kematian hanya angka-angka
di Sidang Paripurna."
- Atas Nama Negara (p. 49)
Sudah sejak lama, nyawa manusia hanya sebatas angka-angka, yang tercatat dalam laporan-laporan menyebalkan dan bertele-tele. Penulis kemudian menggerutu---mengenai renungan yang barangkali klasik tetapi kekal---mengenai kesetaraan (kemanusiaan).
"Kita memandang jendela yang sama
entah mengapa
nasib kita begitu berbeda."
- Memandang Jendela yang Sama (p. 57)