Pada masa jayanya, Kerajaan Haru merupakan kekuatan maritim yang signifikan dan mampu mengendalikan kawasan bagian utara Selat Malaka. Menurut catatan Tome Pires dalam "Suma Oriental", Aru adalah kerajaan terbesar di Sumatera dengan populasi yang banyak dan armada kapal yang kuat, meskipun tidak kaya karena perdagangan. Kerajaan ini memiliki banyak kapal cepat dan terkenal karena kekuatan militernya.
Hubungan dengan Kerajaan Lain
Kerajaan Haru disebut dalam beberapa sumber sejarah, termasuk "Pararaton" dan "Negarakertagama", sebagai salah satu wilayah yang menjadi target ekspansi Kerajaan Majapahit. Dalam "Sumpah Palapa" yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada, Haru disebut sebagai salah satu daerah yang akan ditaklukkan untuk menyatukan Nusantara. Selain itu, dalam "Sulalatus Salatin" (Sejarah Melayu), Haru disebut sebagai kerajaan yang setara kebesarannya dengan Malaka dan Pasai.
Kemunduran dan Akhir Kerajaan
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Haru mulai mengalami kemunduran karena kalah pamor dengan pelabuhan-pelabuhan baru di ujung timur Sumatera. Tekanan dari Kesultanan Aceh semakin melemahkan posisi Haru. Pada tahun 1539, Sultan Alauddin dari Aceh mengirim ekspedisi militer besar untuk menaklukkan Aru, dan akhirnya kerajaan ini menyatakan tunduk kepada Aceh. Setelah penaklukan tersebut, pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Haru berangsur-angsur hilang.
Sumber Referensi
Â
- Untuk informasi lebih lanjut mengenai Kerajaan Haru, berikut beberapa sumber akademis yang dapat dijadikan referensi: Â Supriatna, Eman. "Kerajaan Aru/Haru dalam Lintasan Sejarah Islam di Nusantara." Jurnal Pendidikan Mutiara, vol. 7, no. 1, Maret 2022.Â
- Perret, Daniel. "The Haru Kingdom in Sumatra Crosses the Ages." Academia.edu.Â
- Agustono, Budi, dan Muhammad Takari. "Adat Perkawinan di Kerajaan Haru Bahagian Utara Sumatera Abad Kedua Belas." Jurnal Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Informasi di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai Kerajaan Haru berdasarkan sumber-sumber akademis yang diakui kredibilitasnya oleh para sejarawan Indonesia dan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H