Kerajaan Haru, yang terletak di Sumatera Utara, merupakan salah satu kerajaan yang disebut dalam Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada pada abad ke-14. Namun, informasi mengenai nama raja yang memerintah Kerajaan Haru pada periode tersebut sangat terbatas. Sumber-sumber sejarah yang ada tidak secara spesifik mencatat nama raja Haru pada abad ke-14.
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Haru mulai muncul sebagai kekuatan signifikan di Sumatera sekitar abad ke-13 hingga ke-16. Beberapa sumber menyebutkan bahwa penduduk asli Haru berasal dari suku Karo, dan kerajaan ini memainkan peran penting dalam perdagangan maritim di Selat Malaka.
Meskipun demikian, detail mengenai struktur pemerintahan dan nama-nama penguasa Kerajaan Haru pada abad ke-14 tidak terdokumentasi dengan baik dalam sumber-sumber sejarah yang tersedia. Oleh karena itu, hingga saat ini, nama raja Kerajaan Haru pada abad ke-14 belum dapat dipastikan.
Kerajaan Haru, juga dikenal sebagai Kerajaan Aru, merupakan salah satu kerajaan penting yang pernah berdiri di wilayah pantai timur Sumatera Utara, Indonesia, dari abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Berikut adalah penjelasan mengenai Kerajaan Haru berdasarkan sumber akademis yang memiliki kredibilitas tinggi:
Asal Usul dan Penduduk
Penduduk Kerajaan Haru diyakini merupakan keturunan suku Karo yang mendiami pedalaman Sumatera Utara. Nama "Haru" atau "Aru" dianggap berkaitan dengan kata "Karo". Menurut catatan sejarah, masyarakat Karo menyebut bahwa Aru berasal dari kata Karo, dan kerajaan ini didirikan oleh klen (klan) Kembaren. Dalam Pustaka Kembaren (1927), marga Kembaren disebut berasal dari Pagaruyung di Tanah Minangkabau.
Letak Geografis dan Ibu Kota
Ibu kota Kerajaan Haru terletak di dekat wilayah yang kini menjadi Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pusat kerajaan ini berada di Kota Rentang, Hamparan Perak, Deli Serdang. Penemuan arkeologis di situs Kota Cina dan Benteng Putri Hijau di Deli Tua mendukung keberadaan kerajaan ini di wilayah tersebut.
Kepercayaan dan Agama
Penduduk asli Kerajaan Haru awalnya menganut kepercayaan animisme yang disebut Pemena, serta Hinduisme. Pada abad ke-13, ajaran Islam mulai masuk dan dipraktikkan bersama dengan kepercayaan asli setempat. Beberapa sumber menyebut bahwa Islam masuk ke Kerajaan Haru paling tidak pada abad ke-12, dan kemungkinan Haru lebih dahulu memeluk Islam dibandingkan dengan Pasai.
Kekuatan Maritim dan Perdagangan