Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunting Mutilasi

3 September 2016   20:22 Diperbarui: 4 September 2016   12:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Standar dipasang gerakan sepatu boot kulit hitam. Di tepi jalan dekat hutan, Byron berdiri tampan di tengah hujan menyaksikan ambulans terperosok ke lahan hutan landai menurun, lalu melompat gesit, memburu ke arah sana.

Gelegar petir memecah keheningan dalam ambulans, disambut suara tangis bayi dalam pangkuan Herlina, menambah kegentingan. Humaira merayap ke jendela skat kemudi memastikan keadaan Raka, lalu terhenyak menjatuhkan diri, terisak seraya mengucap istigfar berulang-ulang. “Ya’Allah!” Dengan wajah cemong berlumur darah.

Mereka berdua saling tatap, paska terguncang tak berdaya, mungkin putus asa. Di antara deru hujan, terdengar dua suara berbeda seperti deras aliran sungai, “Kau mendengarnya, Jeung?” Bisik Herlina, di balas Humaira celingukan tegang, mengira sedang menjelaskan kehadiran si Jagal.

“Sungai!” Tandas Herlina menerangkan. “Kita masih punya peluang, jika dapat menyebrang, sebelum pintu air utama dibedah dari pusat bendungan.  Keadaan itu akan memisah jarak di antara kita dan si Jagal!” Menyadari Humaira yang skeptis, Herlina meneguhkan supaya “Kita mesti tabah, jeung.” Seraya menyentuh perut hamil rekannya, bergegas membenahi segala peralatan yang dibutuhkan selama menempuh jarak ke sana.

Bayi diikat dalam buaian Humaira, menggunakan persediaan selimut dalam lacai set ambulans. Mereka menggunakan segala peralatan yang tersedia, sepatu boot dan jas hujan parasit. Sambil menyalakan senter, Herlina membuka pintu, “Lekas! Tetap diam menunggu, atau keluar, sama-sama berpotensi mati!” Pintu terbuka, dan ---

Tangan kokoh merenggut leher Herlina dari belakang, AAAW! Jerit keduanya berkoar di antara deras hujan, kilat dan halilintar. Saat tubuhnya ditarik keluar, reflek kaki Herlina menendang pintu ambulans hingga tertutup, mengamankan Humaira dan bayi bersamanya yang histeris menjerit-jerit!

“KUNCI!” Teriaknya, tersedak tangan Byron menyiku lehernya, hingga tercekik! “Aku tidak akan membuat ini mudah tanpa perlawanan, bajingan!” Teriak Herlina, menghantamkan kepalanya ke wajah Byron! BAGK! Belitan sikut di lehernya mengendur. Herlina berontak, lanjut menyikut lambung Byron. Pergumulan mereka terpisah. Terakhir, senter dalam genggaman Herlina, dilayangkan menghantam kening Byron. BAGH!

Byron terjungkal, Herlina kabur ke tepi ambulans. Byron lekas bersiaga, sambil menyusut darah tersembur dari hidungnya, “Bunting sialan, sakit gua!” Teriaknya geram! Lekas mengejar Herlina yang merayap tertatih, ke tepi body ambulans, siaga segal kemungkinan yang terjadi.

Posisi Byron di belakang ambulans, Herlina merapat ke kiri kemudi, dengan menyaksikan mayat Raka terpanggang suluh, dan tentu saja Humaira semakin paranoid akut di delam terjebak menggendong bayi, bersama mayat buntung terbelek, ia meraih gunting di tepi mayat, teringat ucapan Herlina benda tahayul itu digunakan sebagai penjaga ibu hamil. “KENAPA?” Teriak Humaira histeris, menuntut alasan mengapa bajingan itu menghabisi mereka semua.

Hantaman tinju Byron memecah kaca panel-panel jendela lambung Ambulans, mengintimidasi, “Karena kalian berada di tempat dan waktu yang salah, dengan orang yang salah! Aku sudah meminta supirmu itu pergi, ternyata bunting sialan dan susternya melihat mayat saksi kunci persidangan orang penting di kota ini. Apes kalian!”

Herlina menimpali dari depan mobil, “Tinggalkan kami, dan kami tidak akan bicara apapun tentang kejadian ini! Tidakkah kau lihat, kami perempuan-perempuan yang sedang mengandung, demi ibumu, berbuat baiklah!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun