Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunting Mutilasi

3 September 2016   20:22 Diperbarui: 4 September 2016   12:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Gua hamil suster, mau buang hajat!” Sambut Mbak Fello, ketus. Bu Herlina merasa khawatir, menawarkan gunting atau seikat lidi buat penjagaan, secara itu menurut kepercayaan setempat. “Apaan, ini!” Mbak Fello menolak, lalu melemparkan balik ke pangkuan Herlina. “Dasar kepercayaan orang kampung!”

Jablay! Suster Jane menggerutu, dan tidak punya alasan selain harus menemani jalan ke dekat hutan mencari tempat buang hajat. Di bawah pohon Jati, Mbak Fello melorotkan celana dalam, jongkok. Sambil merokok, buang hajat.

JEEZZ! Jane kesal, Mbak Fello malah merokok, bukan buru-buru ngurus hajatnya. “Mulut gue sepet suster, dari pada gue ngerokok depan ibu-ibu hamil.”

Tapi elu juga hamil, Jablay! Suster geram, tak ingin banyak omong! Tiba-tiba, suara Mbak Fello seolah terhenyak, Jane mendekat. Wanita itu ternganga pucat, seperti melihat hantu, dengan tangan menunjuk ke seonggok tubuh dari jendela mobil ringsek, ludes menabrak pohon.

Seonggok tubuh lelaki, menclok pada jendela mobil ringsek, lehernya tergorok berlumur darah, lalu putus jatuh ke bawah, menggelinding tepat di antara dua kaki Mbak Fello jongkok buang hajat. Gelegar petir dan kilat, terdengar.

***

Tangan Raka Kelana baru saja menutup kotak peralatan, tuntas menyambung rantai, lalu motor dinaiki lelaki itu,  mengucapkan “Terimakasih!” Motor distater menyala. “Sebaiknya Om lekas pergi dari sini!” Imbuhnya.

Lalu –AAAW! Suara terdengar di balik belukar tepi jalan, dekat hutan. Byron melayangkan padang ke sana. Sesuatu terlewat baginya. Nampak dari balik semak-semak, suster Jane membopong Mbak Fello yang shock, berusaha mencapai ambulans.

Raka mendadak gamang, melihat gelagat lelaki di hadapannya ini hendak mencelakai Jane dan Mbak Rain Fello. “Sorry Om, keknya telat buat pergi!” Tandas Byron, ke Raka! “Tak ada saksi seharusnya!” Motor digas full! Raka Kelana reflek menghantamkan kotak peralatan ke muka lelaki itu.

Gerakan disambut tendangan kaki Byron, menghalau serangan! Raka terjengkang ke aspal, berikut kotak terbuyar, kunci-kunci berhambur melayang, menghujani ke arah Raka Kelana. Motor digas, meluncur cepat ke arah Jane dan Fello, terus menabrak mereka!

Suster Jane berhasil mendorong tubuh Mbak Rain Fello, sebelum ia sendiri ditabrak motor, terpental beberapa meter, membentur pohon, terus ambruk di semak-semak. AGHH! Hanya tangannya yang berkutik! Indikasi ia masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun