Termasuk dua tokoh nasional, Jokowi dan Anies, yang sama-sama memiliki pengaruh sangat besar dalam konteks politik nasional, terutama DKI Jakarta. Keduanya sama-sama populer di telinga masyarakat Jakarta, memiliki rekam jejak yang baik serta basis pendukung militan.
Endorsement politik Jokowi terhadap pasangan RK-Suswono tentu dalam rangka meyakinkan masyarakat DKI Jakarta bahwa pasangan Ridwan Kamil-Suswono mempunyai kapasitas serta kapabalitas mumpuni sehingga dia layak memimpin Jakarta.
Begitu pula Anies R. Baswedan, ia mengendorse pasangan calon Pram-Doel untuk dipilih oleh masyarakat DKI Jakarta dengan alasan serupa berdasarkan pertimbangan pribadinya, memiliki kapasitas serta kapabalitas memimpin ibu kota negara.
Tentu saja, dukungan politik Jokowi dan Anies ini menargetkan basis massa militan masing-masing, yang bila Jokowi atau Anies bilang A, otomatis semua pendukungnya mengikuti dan ikut terlibat memenangkan kandidat dukungan masing-masing. Terbukti, setelah Jokowi serta terang-terangan memberikan dukungan, dinamika politik DKI Jakarta mulai berubah.
Inilah pentingnya political endorsement atau dukungan politik dalam kontestasi politik seperti Pilkada, terutama DKI Jakarta. Jokowi dan Anies menggunakan kepopuleran dan pengaruhnya untuk meyakinkan masyarakat Jakarta untuk memilih pemimpin sesuai dengan pilihannya.
Rekam Jejak Jokowi dan Anies
Bila ditelisik, kedua mantan gubernur DKI Jakarta, Jokowi dan Anies, sama-sama mempunyai rekam jejak atau prestasi gemilang selama menjabat atau memimpin Jakarta. Misalnya, Anies yang berhasil menghentikan reklamasi, menata kampung-kampung dan mengelola kota.
Sementara Jokowi, dikenal dengan program-programnya yang pro rakyat semisal Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan pembenahan sarana transportasi seperti MRT, Trans Jakarta dan lain sebagainya yang sampai saat ini juga masih dirasakan oleh masyarakat Jakarta.
Kalau boleh dikata, baik Jokowi maupun Anies, sama-sama dianggap telah memperjuangkan kepentingan rakyat Jakarta dengan cara dan pengetahuan masing-masing, dan tentu saja hal ini disampaikan oleh masing-masing pembela dan pendukung mereka berdua dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Â
Bedanya, Jokowi acapkali dicitrakan sebagai sosok pemimpin yang dekat dengan rakyat lewat agenda "blusukannya," sederhana, sedikit bicara dan kerja nyata.
Sementara Anies merupakan antitesa dari pak Jokowi, anti blusukan, banyak bicara, dan banyak kerja. Basis pendukungnya, Jokowi dekat kalangan nasionalis dan rakyat kecil, Anies, didukung oleh kalangan religius dan kaum terdidik.