Menurut Langer seseorang atau organisasi perlu memiliki sikap "mindful"Â atau sadar dalam berkolaborasi dan berkompetisi. Dengan sikap mindful, seseorang dapat memahami bahwa kolaborasi dan kompetisi bukanlah dua hal yang berlawanan, melainkan saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.
Bila ditarik pada ruang organisasi semisal Pemuda Hidayatullah, maka aktualisasi kolaborasi mengarahkan kita untuk mencapai tujuan bersama. Sementara kompetisi menggiring kita agar selalu meningkatkan kualitas layanan dan peningkatan sumber daya. Dalam artikulasi lainnya, berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik untuk umat manusia.
Sama halnya dengan kolaborasi, paradigma kompetisi juga mendorong terciptanya inovasi dan kreasi karena setiap orang termasuk organisasi berusaha menjadi lebih baik dari yang lainnya. Tentu saja, persaingan dimaksud adalah persaingan yang sehat, adil dan beradab. Kompetisi yang mampu menghadirkan kemaslahatan bukan kerusakan.
Sebagai contoh, dalam industri teknologi, persaingan antar perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih canggih dan efisien sering kali menghasilkan terobosan baru yang berusaha untuk memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi konsumen. Namun, bila kompetisi itu lalu melahirkan praktik monopoli, penipuan dan perpecahan, maka perlu dihindari.
Bisa saja organisasi Pemuda Hidayatullah berkolaborasi dengan pihak internal atau eksternal dalam hal peningkatan kualitas kader, penelitian dan bisnis yang saling menguntungkan, tetapi bersaing dalam hal layanan keummatan dalam bentuk program atau kegiatan untuk merebut segmentasi pasar.
Tentu saja, persaingan lintas struktur atau lintas organisasi perlu dirawat sedemikian rupa agar tetap saling berpacu dalam melakukan kebaikan. Masing-masing individu dan atau organisasi seperti Pemuda Hidayatullah harus terus memproduksi program-program kebaikan (dakwah) sekaligus menawarkannya kepada masyarakat secara umum. Â Â
Sudut Pandang Al-Qur'anÂ
Sebenarnya, bila kita menelisik sumber utama agama Islam tentang paradigma kolaborasi dan kompetisi sebagaimana uraian di atas, maka Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW baik secara tersurat maupun tersirat sudah memberikan rambu-rambu kepada kita untuk berkolaborasi dan berkompetisi tanpa harus menafikan salah satu dari keduanya.
Dalam literatur Islam yang merujuk pada Al-Quran, kolaborasi ditimbang sama dengan konsep Ta'awun. Makna serupanya adalah bekerja sama, tolong menolong, gotong royong dan saling membantu dalam masalah kebaikan sebagaimana termaktub dalam Al-Quran yang artinya, "Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..." (Q.S: Al-Maidah:2)
Firman Allah SWT dalam Al-Quran surah As-Saff ayat 4 juga menegaskan: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." Dua ayat ini selain menegaskan tentang pentingnya kolaborasi, juga menggarisbawahi kolaborasi dimaksud adalah kebaikan dan inilah value ajaran Islam.
Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa, "Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi disebutkan, "Tangan Allah bersama Jamaah," yakni mengedepankan persatuan dan saling bekerja sama.