Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Kolaborasi dan Merawat Kompetisi Organisasi

2 September 2024   12:21 Diperbarui: 2 September 2024   15:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolaborasi | Roszie/Pixabay.com

Lebih lanjut, sadar atau tidak bahwa tantangan yang dihadapi oleh individu atau organisasi sering kali melampaui kemampuan individu atau organisasi itu sendiri. Dengan berkolaborasi, semua pihak dapat menggabungkan sumber daya masing-masing baik itu finansial, teknologi, maupun sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Penggabungan ini tidak hanya memperbesar kemungkinan sukses, tetapi juga mempercepat proses inovasi. Sebagai contoh, di dunia pendidikan, individu atau lembaga yang berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) sering kali mampu menghasilkan penemuan baru yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan dikerjakan secara mandiri.

Dalam konteks organisasi Pemuda Hidayatullah dan Hidayatullah secara umum kolaborasi ini adalah keniscayaan di tengah pusaran kehidupan dunia yang semakin terhubung satu sama lain. Kita tidak bisa lagi kerja sendiri atau berkompetisi dengan lembaga lain untuk menjawab tantangan dan mencapai visi organisasi.

Paling tidak kolaborasi sesama internal organisasi yang meliputi lintas struktur, lintas sektor dan lintas hubungan. Selain karena kesamaan visi serta misi utama, kerja sama alias kolaborasi seperti ini akan semakin menguatkan gerak langkah organisasi hingga pada akhirnya mampu menghadirkan solusi inovatif secara kolektif atau berjamaah.  

Lebih menarik lagi kalau dapat berkolaborasi dengan lintas organisasi, menjadikan orang atau lembaga lain sebagai mitra bukan kompetitor. Masing-masing individu atau organisasi punya kelebihan sekaligus kekurangan yang apabila keduanya mampu dikolaborasikan dengan baik maka akan menjadi kekuatan luar biasa untuk mencapai tujuan bersama.

Paradigma kolaboratif seperti ini memang harus mulai dibangun oleh Pemuda Hidayatullah. Sebab, melahirkan generasi Rabbani, memimpin Indonesia dan mewujudkan peradaban Islam bukanlah perkara sederhana dan mampu dikerjakan sendiri. Butuh banyak sekali sumbangan pemikiran, kekuatan dan sumber daya untuk mewujudkan itu semua.  

Ini peluang yang harus ditangkap oleh siapapun terutama Pemuda Hidayatullah bila hendak mengimbangi zaman dan mencapai tujuan, bahkan harus mampu menjadi inisiator gerakan kolaborasi ini. Pada saat bersamaan, kita mesti mempersoleh diri agar dapat dipandang layak oleh siapapun sebagai mitra kolaborasi mereka.

Hanya saja, langkah kolaboratif dalam bentuk apapun kadangkala menghadapi tantangan pada aspek implementasi serta tataran eksekusi. Beda visi, motivasi, emosi, gengsi dan posisi menjadi penghambat terjadinya proses kolaborasi meskipun berada dalam satu organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan keterbukaan, komunikasi, kemauan dan kepemimpinan yang kuat untuk mengelola dinamika kolaborasi ini.

Merawat Semangat Kompetisi

Sekilas memang terdengar kontradiktif, namun sebenarnya antara kolaborasi dan kompetisi dapat berjalan beriringan dan saling memperkuat satu sama lain. Kurang tepat orang yang menyatakan era kompetisi sudah mati, justru merawat kompetisi sekaligus menguatkan kolaborasi adalah strategi penting untuk mencapai kemajuan, baik dalam konteks individu, organisasi maupun bangsa.

Ellen Langer, seorang profesor psikologi di Universitas Harvard dikenal karena kontribusinya dalam bidang mindfulness dan kesadaran memandang bahwa kolaborasi sebagai salah satu cara untuk memperkuat hubungan antar individu, dan dia percaya bahwa kolaborasi dapat membantu meningkatkan kepercayaan seseorang dalam sebuah organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun