Ketiga, anak atau siswa. Orang tuanya sudah memberikan dukungan, gurunya juga semangat mengajar, akan tetapi anak atau siswa tidak memiliki kemauan, ya, jangan berharap juga bisa sukses menjalani proses pendidikan. Justru, kemauan anak menjadi kunci dari semuanya. Jika orang tua kurang memberikan dukungan, guru juga demikian.
Selama sang anak atau siswa punya keinginan menggebu-gebu untuk sukses dan terus belajar, kesempatan itu masih terbuka lebar. Sebab, yang akan belajar dan menerima pembelajaran adalah dia sendiri, bukan orang tua apalagi guru. Bila dia enggan belajar, pupus sudah harapan kedua orang tuanya mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di masa depan.
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Secara konstitusi atau kelembagaan, ada juga tiga komponen yang merupakan satu kesatuan dari sukses tidaknya proses pendidikan, meliputi: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya, kita semua memiliki tugas serta tanggungjawab untuk turut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa, mulai dari keluarga, sekolah hingga masyarakat.
Lembaga pertama yang harus ambil bagian adalah keluarga, karena pendidikan pertama dan paling utama memang seharusnya berawal dari rumah atau keluarga. Penanaman nilai-nilai iman, moral, etika dan norma sosial lainnya dilakukan oleh keluarga di rumah. Di sana sudah ada kedua orang tua, kakek-nenek, kakak-adik, paman-bibi dan keluarga besar lainnya.
Keluarga menjadi pondasi sekaligus benteng utama bagi tumbuh kembang seorang anak, sebelum nantinya mereka berinteraksi dengan dunia luar. Dukungan kasih sayang sekaligus emosional harus didapatkan anak sejak dari rumah, termasuk juga prinsip-prinsip kehidupan yang senantiasa dipegang teguh dan diperjuangkan oleh seorang anak.
Kedua, sekolah menjadi tempat atau gudangnya ilmu pengetahuan bagi seorang anak. Lewat kurikulum pendidikan yang disajikan, anak mendapatkan beragam bentuk ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai penting untuk perkembangan intelektual dan sosial seorang anak. Interaksi di dalam kelas, kegiatan ekstrakurikuler, dan lingkungan belajar di sekolah.
Semuanya menjadi penting dalam rangka membentuk dan mengantarkan anak didik menjadi pribadi berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah, termasuk di dalamnya pemerintah dalam mebuat sebuah kebijakan mengenai kurikulum yang akan diberikan kepada generasi bangsa.
Peran masyarakat juga tidak kalah penting dibandingkan dengan peran keluarga dan sekolah. Mereka juga dapat membentuk kepribadian seseorang melalui kebiasaan-kebiasaan atau nilai budaya yang senantiasa di pegang teguh. Bahkan, masyarakat menjadi kunci sukses tidaknya seseorang dalam menempuh proses pendidikan kehidupan.
Melalui interaksi setiap hari antara anak dan masyarakat maka dapat merubah sikap dan cara pandang seorang anak terhadap nilai-nilai kehidupan yang sudah tertanam dalam dirinya. Maksudnya, apa yang sudah didapatkan di rumah dan sekolah akan ikut terwarnai dan bahkan hilang disebabkan pengaruh dari lingkungan sekitar atau masyarakat.
Perlu kita ketahui, kadang-kadang kita sudah menanamkan nilai-nilai iman, moral dan etika di rumah, kemudian sudah kita bekali juga dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan sosial di sekolah, tapi keduanya bisa luntur ketika sudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Inilah kekuatan masyarakat dalam membentuk kepribadian seseorang. Â Â