![doa bersama dan seusai bedol pusaka.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/01/img-3607-59d03af53a68874f623f9253.jpg?t=o&v=555)
![larut dalam doa meski menjelang subuh](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/01/img-3610-59d03b299f63cd0d476c6702.jpg?t=o&v=555)
![pendopo makam komplek makam Raden Katong](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/01/img-3600-59d03b49677ffb23d1212762.jpg?t=o&v=555)
"Biar kita sama-sama tahu sejarah, sehingga kita bisa bercerita pada anak cucu, dan tidak gampangan kaget bila tiba-tiba kebudayaan kita di klaim negara lain seperti seni reyog dulu." Imbuhnya.
"Ini lo... senjata andalan Ponorogo waktu itu, jangan sampai pusaka bersejarah tersebut rusak ataupun terlepas dari Ponorogo bahkan terbawa sampai luar negeri..." kata kepala dinas pariwisata tersebut. Pusaka tersebut sudah berumur lebih 500 tahun, karena perawatan yang seksama sehingga pusaka-pusaka tersebut masih bisa disakskan sampai sekarang ini. Dan ini menjadi tugas dinas yang dipimpinnya, selain melestarikan juga mempromosikan agar kasanah budaya Ponorogo bisa dinikmati orang dari luar Ponorogo bahkan luar Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI