Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kompasianer, Vespa, dan ICDJogja 2017

16 Mei 2017   23:05 Diperbarui: 17 Mei 2017   08:41 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penampilan Bolang, award pun digondol oleh Bolang

img-4914-591b22fdb09273b475700aaf.jpg
img-4914-591b22fdb09273b475700aaf.jpg
Hawa dingin serasa menusuk tulang, mungkin kemarau sebentar lagi datang. Mungkin juga hal ini yang menyebabkan terlambat bangun, sehingga rencana jam 3 berangkat ke stasiun Madiun tak kesampaian. Kenginan mendatangi ICDJogja naik kereta gagal, begitupun dengan mengendarahi mobil juga gagal. Dengan ansumsi perjalan 5 jam, bila jam 5 baru bangun pasti sampai Yogyakarta acara sudah dimulai, pastinya gagal bertemu Sri Sultan yang sedianya membuka acara yang dihelat oleh Kompasiana. Perkiraan bawa mobil sekitar 5-6 jam berarti jam 11-12 baru sampai Yogyakarta. Motor matic menjadi alternative bisa digember melewati jalan-jalan tikus yang sering dilewati ketika masih sekolah di Yogyakarta.

Hiruk pikuk kendaraan sangat terasa, terutama jalur yang menuju ke barat, jalur menuju ke Wonogiri Jawa tengah. Arak-arakan pengendara vespa berjalan berkelompok antara 2-10 an kendaraan. Hampir di setiap pertigaan atau perempatan mereka saling menunggu. Semakin ke barat jumlah mereka semakin banyak. Plat nomor mereka bermacam-macam. L, S, P, W, N, AG, AE, bahkan ada yang DK.

Nasrul dan rombongannya, seneng selfie seperti Kompasianer di ICDJoja 2017
Nasrul dan rombongannya, seneng selfie seperti Kompasianer di ICDJoja 2017
Jarak dan waktu bukan halangan bagi mereka yang mencintai komunitasnya
Jarak dan waktu bukan halangan bagi mereka yang mencintai komunitasnya
Rasa penasaran mengusik untuk berhenti sejenak bergabung dengan mereka, tanganpun geregetan ingin memotret. Luar biasa mereka sangat terbuka dan mudah akrab, meski kendaraan saya bukan sejenis dengan mereka yang kesemuanya vespa. Mereka santun, tak segarang penampilannya yang cenderung urakan bahkan seperti gembel.

“Rombongan mau kemana mas?” tanya saya.

“Wonogiri mas, acara kopdar komunitas vespa se-Jawa…” jawab salah satu dari mereka yang bernama Nasrul. Mereka berasal dari Madiun, menuju ke Wonogiri mengendarahi vespa karena di Wonogiri pada hari itu (Sabtu, 13 Mei 2017) ada kopdar komunitas vespa se-Jawa meurut salah satu dari mereka. Nasrul menjelaskan bila Wonogiri dipilih sebagai tempat ketemuan besar komunitas vespa karena Wonogiri dianggap kota tengah-tengah bila dijangkau dari arah barat dan timur.

Apa yang mereka dapatkan dengan senekat ini? Bercapek-capek mengendarai vespa dengan kondisi “maaf” seperti tak nyaman untuk perjalanan jauh, mereka rela mengeluarkan uang yang luamayan banyak untuk bbm vespa yang cenderung boros dibanding kendaraan sejenis. Belum lagi soal konsumsi.

Saya jadi tersenyum sendiri, solidaritas mereka tinggi pada komunitasnya persis seperti para Kompasianer yang pada hari itu sedang ngumpul di Yogyakarta. Kami berasal dari pelosok negeri. Kenekatan kami juga sama dengan mereka sama-sama mencintai komunitas yang selama ini sudah membesarkan kami yaitu Kompasiana.

Pemilihan Yogyakarta mungkin juga sama, karena Yogyakarta berada di tengah-tengah dan mudah dijangkau dari beberapa penjuru. Baik jalur darat berupa kereta, bus, mobil pribadi, motor. Begitupun jalur udara, Yogyakarta mudah dijangkau dari bandara lainnya.

“Semua vespa itu bersaudara”. Kata Nasrul.

Nasrul menjelaskan bahwa  semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara, tanpa memandang dari mana, agamanya apa, pekerjaanya apa, miskin atau kaya, daerah atau suku apa. Tak peduli kulitnya hitam atau putih, tak peduli tua-atau muda, tak peduli pria tau wanita, tak peduli dari Sumatra, Jawa ataupun Papua. Dengan dianggap sebagai saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang lainya akan membantu. Dengan motto dan slogan itulah semua pengguna vespa merasa aman menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Mereka yakin bila terjadi sesuatu pasti saudaranya akan menolongnya.

Kompasianer pun sama, berasal dari ujung Aceh sampai Papua, tak peduli warna kulit, bahasa, partai politiknya, agamanya. Bersatu dalam wadah yang bernama Kompasiana. Mereka segera membaur begitu bersama, meski sebelumnya hanya bertemu di dunia maya. Mereka saling canda, saling berbagi mereka juga bersaudara seperti komunitas vespa.

Romantis, Nahes membawa kekasihnya, anjingnya serta temannya
Romantis, Nahes membawa kekasihnya, anjingnya serta temannya
“Satu jalan satu tujuan satu kata bersatu tanpa ada perbedaan”. Kata Nahes. Dia datang dengan membawa kekasihnya, satu temannya dan seekor anjingnya. Romantis sekali. Seromantis orang Fiksiana atau Rumpies di Kompasiana.

Menurut Nahes lelaki bertato tersebut, semua pengguna vespa diperlakukan sama. Mereka yang bervespa klasik, modern, bahkan yang beraliran gembel sekalipun. Mereka semua mendapat undangan sama dan hak sama untuk menhadiri kopdar komunitas vespa yang diadakan di Wonogiri tersebut. Tak ada diskriminasi imbuh Nahes. Dalam perjalanan, mereka tidak segan untuk berbagi makanan, minuman, oli, dan keperluan lain yang bisa digunakan bersama. Saat mereka melakukan perjalanan (touring), mereka memiliki satu jalan, satu tujuan, satu kata, dan mereka pun bersatu tanpa ada perbedaan dan diskriminasi di dalamnya. Seperti yang dilakukan Nahes, langsung membantu ketika salah satu dari rombongan lain vespanya mogok. Nahes tanpa di minta segera engeluarkan peralatanya dan membongkar blok mesin yang sedang kepanasan.

di hari yang sama Kompasiana dan Komunitas vespa mengadakan kopdar, hanya beda kota
di hari yang sama Kompasiana dan Komunitas vespa mengadakan kopdar, hanya beda kota
penampilan Bolang, award pun digondol oleh Bolang
penampilan Bolang, award pun digondol oleh Bolang
Di Kompasianapun sama, ada bermacam-macam komunitas dari yang romantis seperti Fiksiana, Rumpies. Dari yang Koplak sampai yang Kenthir. Dari yang tukang Mbolang, tukan nekat seperti Konek bahkan yang suka Ngampret. Dari yang imut-imut seperti KJogja sampai tukang madyang KPK. Dari tukang rabuk Komposono sampai tukang dolan seperti Koteka. Semua diundang tanpa diskriminasi, tanpa terkecuali, dan tanpa pandang bulu. Semua berkesempatan sama, dan mendapat perlakuan sama dari pengelola Kompasiana.

botol-botol bekas milik komunitas vespa yang sedang keletihan tidur di gubuk daerah Tembayat
botol-botol bekas milik komunitas vespa yang sedang keletihan tidur di gubuk daerah Tembayat
botol botol bekas yang ditata jadi indah di acara ICDJogja kemarin
botol botol bekas yang ditata jadi indah di acara ICDJogja kemarin
Ada hal menarik ketika perjalan saya sampai daerah Tembayat, bertemu dengan vespa unik mirip kandang ayam yang ditempeli dengan botol-botol aqua. Mereka sedang kecapaian dan tidur sekenanya di gubuk pinggir jalan. Ketika salah satunya bangun. Dia menjelaskan maksud dari botol-botol yang dia gantung di vespanya itu mengandung maksud agar orang tidak membuang sampah sembarangan. Dia selalu membawa sampahnya pulang, ini cara mereka menjaga lingkungan hidup dari sampah plastik. Botol-botol tersebut juga menandakan seberapa jauh mereka sudah pergi, setiap botol menjadi kenagan tersendiri dari setiap kota yang dilewati.

Bagaimana di ICDJogja kemarin? Hampir sama di ICDJogja kemarin ada komunitas anak muda yang menjaga lingkungan dengan mengumpulkan botol-botol bekas minuman dan menempelkannya pada papan sehingga mempunya nilai seni. Paling tidak mereka mengisnpirasi jangan buang sampah sembarangan mirip para komunitas vespa yang saya temuai di daerah Tembayat.

Satu hal yang menjadi alasan mengapa para fans vespa menyukai dandanan gembel. Andik dari Banyuwangi mengatakan jika gembel adalah lambang kebebasan, lambang kesederhanaan. Tiada kamus pamer kekayaan atau glamor di antara komuntas Vespa katanya.

“Semakin gembel, semakain keren….”Kata Andik, yang vespanya mirip closet.

seneng foto dan seneg selfie
seneng foto dan seneg selfie
Kompasianer dan Komunitas juga sama-sama seneng selfie
Kompasianer dan Komunitas juga sama-sama seneng selfie
terima kasih KJogjawan dan KJogjawati atas keratamahan dan keakrabanya, jangan kapok jadi tuan rumah lagi
terima kasih KJogjawan dan KJogjawati atas keratamahan dan keakrabanya, jangan kapok jadi tuan rumah lagi
Kompasianer dan komunitas Vespa banyak kemiripan, mereka sangat loyal pada komunitasnya. Mereka rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dana untuk selalu bisa bersama dalam komunitasnya. Mereka selain loyal juga patuh pada aturan yang sudah disepakati dalam komunitasnya.

Ini bukan sekedar kebetulan, mereka bangga dengan vespanya dan kami bangga dengan Kompasiana kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun