Hiruk pikuk kendaraan sangat terasa, terutama jalur yang menuju ke barat, jalur menuju ke Wonogiri Jawa tengah. Arak-arakan pengendara vespa berjalan berkelompok antara 2-10 an kendaraan. Hampir di setiap pertigaan atau perempatan mereka saling menunggu. Semakin ke barat jumlah mereka semakin banyak. Plat nomor mereka bermacam-macam. L, S, P, W, N, AG, AE, bahkan ada yang DK.
“Rombongan mau kemana mas?” tanya saya.
“Wonogiri mas, acara kopdar komunitas vespa se-Jawa…” jawab salah satu dari mereka yang bernama Nasrul. Mereka berasal dari Madiun, menuju ke Wonogiri mengendarahi vespa karena di Wonogiri pada hari itu (Sabtu, 13 Mei 2017) ada kopdar komunitas vespa se-Jawa meurut salah satu dari mereka. Nasrul menjelaskan bila Wonogiri dipilih sebagai tempat ketemuan besar komunitas vespa karena Wonogiri dianggap kota tengah-tengah bila dijangkau dari arah barat dan timur.
Apa yang mereka dapatkan dengan senekat ini? Bercapek-capek mengendarai vespa dengan kondisi “maaf” seperti tak nyaman untuk perjalanan jauh, mereka rela mengeluarkan uang yang luamayan banyak untuk bbm vespa yang cenderung boros dibanding kendaraan sejenis. Belum lagi soal konsumsi.
Saya jadi tersenyum sendiri, solidaritas mereka tinggi pada komunitasnya persis seperti para Kompasianer yang pada hari itu sedang ngumpul di Yogyakarta. Kami berasal dari pelosok negeri. Kenekatan kami juga sama dengan mereka sama-sama mencintai komunitas yang selama ini sudah membesarkan kami yaitu Kompasiana.
Pemilihan Yogyakarta mungkin juga sama, karena Yogyakarta berada di tengah-tengah dan mudah dijangkau dari beberapa penjuru. Baik jalur darat berupa kereta, bus, mobil pribadi, motor. Begitupun jalur udara, Yogyakarta mudah dijangkau dari bandara lainnya.
“Semua vespa itu bersaudara”. Kata Nasrul.
Nasrul menjelaskan bahwa semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara, tanpa memandang dari mana, agamanya apa, pekerjaanya apa, miskin atau kaya, daerah atau suku apa. Tak peduli kulitnya hitam atau putih, tak peduli tua-atau muda, tak peduli pria tau wanita, tak peduli dari Sumatra, Jawa ataupun Papua. Dengan dianggap sebagai saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang lainya akan membantu. Dengan motto dan slogan itulah semua pengguna vespa merasa aman menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Mereka yakin bila terjadi sesuatu pasti saudaranya akan menolongnya.
Kompasianer pun sama, berasal dari ujung Aceh sampai Papua, tak peduli warna kulit, bahasa, partai politiknya, agamanya. Bersatu dalam wadah yang bernama Kompasiana. Mereka segera membaur begitu bersama, meski sebelumnya hanya bertemu di dunia maya. Mereka saling canda, saling berbagi mereka juga bersaudara seperti komunitas vespa.
Menurut Nahes lelaki bertato tersebut, semua pengguna vespa diperlakukan sama. Mereka yang bervespa klasik, modern, bahkan yang beraliran gembel sekalipun. Mereka semua mendapat undangan sama dan hak sama untuk menhadiri kopdar komunitas vespa yang diadakan di Wonogiri tersebut. Tak ada diskriminasi imbuh Nahes. Dalam perjalanan, mereka tidak segan untuk berbagi makanan, minuman, oli, dan keperluan lain yang bisa digunakan bersama. Saat mereka melakukan perjalanan (touring), mereka memiliki satu jalan, satu tujuan, satu kata, dan mereka pun bersatu tanpa ada perbedaan dan diskriminasi di dalamnya. Seperti yang dilakukan Nahes, langsung membantu ketika salah satu dari rombongan lain vespanya mogok. Nahes tanpa di minta segera engeluarkan peralatanya dan membongkar blok mesin yang sedang kepanasan.
Bagaimana di ICDJogja kemarin? Hampir sama di ICDJogja kemarin ada komunitas anak muda yang menjaga lingkungan dengan mengumpulkan botol-botol bekas minuman dan menempelkannya pada papan sehingga mempunya nilai seni. Paling tidak mereka mengisnpirasi jangan buang sampah sembarangan mirip para komunitas vespa yang saya temuai di daerah Tembayat.
Satu hal yang menjadi alasan mengapa para fans vespa menyukai dandanan gembel. Andik dari Banyuwangi mengatakan jika gembel adalah lambang kebebasan, lambang kesederhanaan. Tiada kamus pamer kekayaan atau glamor di antara komuntas Vespa katanya.
“Semakin gembel, semakain keren….”Kata Andik, yang vespanya mirip closet.
Ini bukan sekedar kebetulan, mereka bangga dengan vespanya dan kami bangga dengan Kompasiana kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H