Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudjiwo Tedjo, Agama, Seni Budaya, Keberagaman dan Keindonesiaan

13 April 2017   15:00 Diperbarui: 14 April 2017   23:00 4113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan maha pengasih, Tuhan maha penyayang, Tuhan maha pemurah dan sebagainya adalah hal yang lumprah dan jamak. Namun bila Tuhan maha kejam, Tuhan maha pembalas, Tuhan maha sombong pasti akan akan dicap tak beragama, padahal sejatinya benar. Pengaruh budaya ketimuran seperti Indonesia membuat hal tersebut menjadi tidak etis. Bagi negara yang berbudaya apa adanya bahkan dari negeri asal Islam berkembang hal-hal begitu sudah menjadi keseharian.

Semakin tahu semakin tidak tahu, kata Sudjiwo Tedjo. Semakin tahu Tuhan semakin dia merasa bodoh dan terus berusaha cari tahu tentang Tuhan, ungkapnya. Ini yang dimaksud semakin tahu semakin tidak tahu, seperti halnya peserta yang interupsi. Dia tahu cerita wayang, sehingga ketahuannya ini merasa dibodohi dan berusaha mencari tahu. Beda yang tidak tahu wayang dia akan terus menikmati karena ketidaktahuannya.

Begitu juga dalam bernegara dan berIndonesia, ada berbagai macam penafsiran bela negara, hidup bernegara, hidup beragama dalam satu negara yang majemuk, imbuhnya.

dalang perempuan
dalang perempuan
Lebih lanjut Sudjiwo Tedjo menceritakan cerita lain kalau istri Bima adalah raksasa. Dalam cerita pewayangan diceritakan Arimbi yang raksasa jatuh cinta pada Bima, walaupun itu melanggar kodrat raksasa. Dari jatuh cinta ini membuyarkan dendam dan kesedihan Arimbi terhadap kematian kakaknya. Akan tetapi Bima menolak dan tak pernah ada rasa sedikitpun terhadapnya.

Arimbi berharap dan mengiba pada ibu Bima, Kunti. Bimapun tak kuasa menolak permintaan ibunya Kunti untuk memperistri Arimbi. Dalam cerita umum Arimbi berubah menjadi perempuan cantik dan tak lagi menjadi raksasa. Bagi Sudjiwo Tedjo, Arimbi tidak berubah namun karena cinta Bima oaring yang jelek jadi cantik, orang yang gemuk terlihat langsing. Orang jatuh cinta itu hawanya seperti orang yang buta dan tuli, tak peduli apa yang terjadi, tak peduli kenyataan sebenarnya, kata Sudjiwo Tedjo yang disambut riuh tepuk tangan peserta Sekolah Literasi Gratis.

Sudjiwo Tedjo dan Arimbi
Sudjiwo Tedjo dan Arimbi
wayang, musing, sastra jadi satu
wayang, musing, sastra jadi satu
dipenuhi peserta
dipenuhi peserta
Kerinduan warga Ponorogo pada Sudjiwo Tedjo terobati, tokoh yang ditunggu-tunggu itu akhirnya benar-benar kesampaian memberikan materi pada kegiatan Sekolah Literasi Gratis yang digelar saban hari Minggu tersebut. Rasa puas juga tersirat pada wajah Kasnadi dan Sutejo yang menjadi penanggung jawab acara. Kelas Literasi yang digagasnya menjadi daya magnet untuk belajar membaca dan menulis.  Peserta tidak hanya dari kabupaten Ponorogo, namun peserta dari Pacitan, Ngawi, Madiun, Magetan, Nganjuk, bahkan luar Provinsi peserta dari Wonogiri Jawa Tengah. Pihaknya akan terus berusaha menjembatani antara penulis, penerbit dengan para peserta.

Menurut Sutejo Literasi tak hanya bermakna membaca atau menulis, Literasi mengarah melek aksara,  melek makna, melek wacana, sampai proses komunikasi intensif dalam interaksi social dan keilmuan. Sutejo bangga lebih 90% peserta berusia muda, banyak diantaranya sudah mulai merambah pada dunia tulis menulis pada media cetak. Saban  minggu dievaluasi siapa saja yang tulisannya di muat di media masa, sebagai pemicu semua bisa bila mau berlatih dan ada kesungguhan.

~Sutejo Mengundang Sudjiwo Tedjo~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun