[caption caption="Sama sama keluarga dokter spog-nya"]
Pertemuan minggu kemarin sangat mengharukan, pertemuan antara anak dengan bapak, pertemuan putri dengan ibu. Lama tidak bertemu, kami saling melepas rindu bercanda menceritakan cerita bergantian.
Cerita masa lalu menjadi topik yang paling mengesankan. Beruntung pula kemarin dr. Arif yang juga ahli kebidanan dan kandungan juga ikut serta, dr Arif sudah seperti anak sendiri bagi dr. Herdiarto. Sama-sama dari Malang dan sama dokter SPOG-nya.
Foto di atas mirip-mirip orang yang mengadu, istri dokter Arif sedang mengadu pada istri dokter Herdiarto. Wakakaka mungkin beliau berdua merupakan orang-orang yang sering ditinggalkan oleh suaminya siang dan malam.
Dokter Titik Mukartini adalah orang yang sederhana dan bersahaja, meski berasal dari keluarga berada. Saya masih ingat ketika masih menjadi kepala dinas kesehatan di Ponorogo beliau tidak mempunyai pembantu. Beliau kerjakan sendiri pekerjaan rumah meski pekerjaan menjadi orang nomor satu di jajaran kesehatan di kabupaten Ponorogo. Sebenarnya beliau punya pembantu, namun beliau menganggapnya sudah sebagai orang tua sendiri. Orang yang telah ikut di rumah beliau selama 58 tahun. Orang yang sudah mengasuh beliau sedari kecil, dan ikut di rumah beliau sampai akhir hayatnya.
“Mbok... Saiki gantian pembantu aku, simbol gantian dadi Bose...” cerita dr. Titik kala itu.
Begitu juga ketika masih bertugas beliau dekat dengan atasan begitu juga dengan bawahan, sehingga masa pensiun beliau diundur sampai beberapa tahun.
Apa kegiatan beliau sesudah pensiun??
[caption caption="Suasana penuh keakraban setelah lama tidak bertemu"]
Beliau kembali ke kota kelahirannya di Malang. Pak Her mengajar di salah satu universitas terkenal di Malang. Sedang bu Titik lebih sering mengasuh cucu.
Ada cerita menarik ketika pak Her mengajar. Ada mahasiswa dari Ponorogo yang namanya sama yaitu Herdiarto.
“Siapa yang memberi nama kamu?” tanya dokter Her.