Lebih dari 15-an oarang yang dikontrak menyediakan makanan, termasuk pemilik warung tempat saya makan. Hanya saja pembeli dan mereka di pisahkan, para nelayan makan di sisi belakang dan pembeli di sisi depan.
"Lumayan mas, ngopeni wong limolas kenek ge tambel butuh" cerita pemilik warung, lumayan menyediakan makan untuk 15 orang saban hari bisa untuk menambah kebutuhan sehari-hari.
Mereka saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Tidak ada kata cemburu seperti pedagang makanan, cerita pemilik warung. Para pemuda di pantai ini juga ikut belajar dan termotivasi dengan kedatangan para nelayan dari Garut. Belajar cara menangkap ikan yang baik, belajar hidup bersama. Bahasa dan suku bukan menjadi kendala.
Keindahan pantai juga bisa kita saksikan, pantai Konang yang menghadap ke barat cocok untuk melihat matahari tenggelam. Puluhan mobil parkir, mereka para pengunjung yang akan menyaksikan matahari tengelam. Pantai ini masih gratis belum ada restribusi masuk, terbukti tidak ada pintu penjagaan. Tempat ini lebih terlihat sebagai kampung nelayan atau pasar ikan.
Posisi pantai ini kira-kira di tengah jaak antara Trenggalek dan Pacitan. Ke Pacitan jauh dan ke Trenggalekpun juga jauh. Kecamatan Panggul mirip kabupaten terpencil. Dari Ponorogo sebenarnya lebih dekat melewati pegunungan kecamatan Ngrayun. Karena kalau melewati Trenggalek atau Pacitan harus memutar jauhnya 3 kali lipat kalau lewat jalan pintas Ngrayun. Perlu kehati-hatian dan kondisi kendaraan prima kalau lewat Ngrayun. Kalau lewat Pacitan atau Trenggalek jalan mulus dengan terselesainya jalur selatan
Di Pantai ini bisa kita saksikan harmonisasi antara pendatang dan penduduk lokal, hidup berdampingan dan saling menguntungkan. Indahnya Indonesiaku.
*) selamat berlibur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H