Saya penasaranan dengan mas Yon siapa dia, bang Dale bilang kalau mas Yon kontributor Kompas.com di Pontianak. Luar bisa aku diajarinya dengan halusnya.
Interval ini menurutnya terserah kita mau berapa detik sekali njepretnya, misal menjepretnya tiap 10 detik sekali bearti dalam semenit ada 6 foto. Kalau dalam setengah jam kita butuh 6 kali 30 sekitar 180 gambar. Dalam satu jam 6 kali 60 sekitar 360 gambar. Bila dibikin video dengan kecapatan  30 fps berarti akan menjadi video berdurasi 12 detik.
Menurut mas Roderick paling asyik untuk mengabadikan sunrise dan sunset. Awan-awan bergerak dari satu sudur ke sudut lain tanpa mengubah angel. Ada keasyikan tersendiri katanya, video time lapes akan lebih dramatis dan tidak terlalu banyak memakan memori dibandingkan video langsung.
Selain time lapes saya juga disarankan memakai lensa panjang (tele, semi tele) di lautan bebas seperti Derawan katanya kita akan kesulitan mendapatkan POI, kalaupun dapat lebih banyak bocornya (benda atau gangguan) bila memakai lensa lebar seperti lensa 11-16mm seperti punya saya, karena terlalu lebar merekam.
Keesokan harinya saya tunjukin hasil video time lapes saya, dia seneng dengan hasil karya saya, dia menambahkan video saya magep-magep (terbata-bata atau terputus-putus), penyebabnya saya tidak konsisten dalam memencet tombol shuter dimana intervalnya tidak teratur. Mas Rodric memaklumi karena saya memakai remote biasa belum memakai alat intervalvalometer seperti miliknya. Untuk hal itu dia menyarankan saya mengunduh aplikasi untuk membuat video time lapes gratisan dan ditanamkan pada card memory kamera.Â
Saya disarankan banyak membaca di internet tutorial tentang time lapes bila ingin lebih mendalam, pesannya. Dia meyakini saya pasti bisa, katanya sambil tersenyum.
"Mas tolong jepretkan ya makai kamera saya...." pinta saya padanya.
"Punya saya saja nanti di share.... bareng-bareng....." jawabnya. Mungkin bosan menjawab permintaan saya yang berulang-ulang akhirnya mau juga, ketika foto bersama para risers (seperti gambar atas). Luar biasa sudut pengambilanya jeli, tanpa croping tanpa diedit, dan moment luar biasa. Foto bersama para risers itu adalah jepretan mas Nurulloh memakai kamera saya.