Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

[kampretjebul4] Perjuangan Pilu Terbentuknya Pasar Sayur Dolopo

31 Maret 2015   11:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_358271" align="aligncenter" width="510" caption="pasar sayur Barokah Abadi, cerita berdinya sangat memilukan"][/caption]

Madiun, 31/03/2015

Pasar yang berada di kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun ini menampung hampir lebih 200 pedagang, rata-rata daganganya sayur, jajanan, dan kebutuhan dapur. Pasar ini letaknya hanya 300-an meter dari pasar induk, namun semaraknya tidak kalah dibanding dengan pasar induk. Pasar sayur yang dinamai 'Barokah Abadi' buka mulai jam setengah 12 malam dan berangsur sepi menjelang jam 6 pagi. Dan banyak juga pedagang yang berasal dari luar daerah menginap di bedag [lapak] sehingga nyaris pasar ini buka 24 jam.

Para pedagang berasal dari berbagai daerah, selain dari sekitar Dolopo banyak pula yang berasal dari Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan, bahkan Blitar dan Tulungagung seperti penjual kelapa dan buah sayuran. Para pedagang sudah siap dilapaknya mulai jam 11 malam dan mengalami puncak keramain jam 3-4 pagi.

Namun begitu awal berdinya pasar ini memerlukan perjuangan panjang yang memilukan, berikut ini kisahnya.

[caption id="attachment_358273" align="aligncenter" width="510" caption="mbah Supin pembuat dan penjual jajanan pleret, samplok, gethuk dan ketan. "]

14277710361602700400
14277710361602700400
[/caption]

Berawal dari penasaran saya akan cerita teman kantor yang menceritakan bahwa di pasar ini ada jajanan langka, pleret jajanan yang berbahan dasar tepung beras yang diplereti (bahasa jawa), diplereti artinya membuanya diplirit-plirit tapi ukurannya agak besar, semacam digulung kecil. Tapi bukan dilporotin seperti celana loh ....

Setelah diplereti tepung beras ini dikukus lalu dibentuk mirip kelopak bunga kecil dan setelah dibentuk seperti kuncup bunga dikukus kembali. Dan cara menyajikannya parutan kelapa muda dan gula pasir halus, atau dengan juruh gula merah. Pleret ini juga bisa dikombinasi dengan gethuk tela, ketan hitam.

Sedangkan samplok berbahan dasar ketela yang diparut sawut lalu dikukus, rasanya kenyil-kenyil agak lengket dimakan dengan taburan parutan kelapa muda.

Tapi untuk lebih jelasnya saya diundang mbah Supin datang kerumahnya yang tak jauh dari pasar ini, karena pembuatan pleret ini sore hari dan malamnya mengukusnya. Dan orang sekitar mbah Supin menceritakan bahwa ini merupakan satu-satunya pembuat pleret di kawasan Madiun. Dan saya mengiyakan suatu saat akan datang ketika sore hari ke rumah kediamanya untuk ikut mleretei wakakakakaka mloroti....

[caption id="attachment_358275" align="aligncenter" width="510" caption="di warung inilah saya mendapatkan cerita perjuangan pilu berdirinya pasar ini"]

1427771892536636900
1427771892536636900
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun