Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelisah Menjelang Alam Kubur

2 Agustus 2012   06:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

barus si sopir menepikan ambulan diselatan SPBU yang berdempetan dengan pekuburan.

Dan terlihat di pekuburan itu para tetanggaku yang sedang berkeringatan menggali kuburan, dan nampak jelas dari dalam ambulan galiannya masih terlalu dangkal, mungkin baru saja dimulai menggalinya.

Ambulan putar balik ke arah jalur Madiun lagi, sekitar 200-an meter dari SPBU ambulan belok kiri dan tak lama berhenti di rumah yang berbendera putih [bendera tanda kematian].

Sopir ambulan turun dan membuka pintu belakang, kakak ipar juga ikutan turun, tak lama sebagian orang yang tadinya duduk-duduk di bawah tenda mendekat dan membantu mengankat jenasah.

Jenasah langsung dimandikan di samping rumah, tampak tetangga dan saudara-saudaraku sudah berkumpul, suara jeritan didalam rumah seperti suara ibu dan adik permpuanku, rupanya mereka belum siap dengan kehilangan.

Tampak pak modin memimpin memandikan jenasah dan segera di handuki dan segera di gotong kedalam dengan ditutup kain jarik batik milik ibuku.

Pak modin di bantu pak Parwoto mengakafani dan membungkus jenasah.

Dan tampak satu persatu tamu beranjak mengabil air wudlu dan mensholati jenasah, pertama diimami pak Modin, dan entah sampai berapa kelompok yang mensholati.

Tampak di deretan pelayat perempuan Reni sesenggukan, dia masih cantik rupanya meski telah beranak dua wakakakakaka. Reni ini pacarku waktu SMA ku dulu dia sekarang kawin dengan orang Pemda.

Tampak pula Rinda dan teman-teman kantorku, wakakakaka ternyata Rinda menagis juga. Rinda baru seminggu ku tembak namun sampai sekarang belum juga memberi jawaban.

Tak terasa galian kuburan sudah siap, berita itu dibawa kang Parni yang tadi ikut menggali. dan setelah upacara pelepasan jenasah diberangkatkan ke pekuburan yang tak jauh dari rumah orang tuaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun