[caption id="attachment_154796" align="alignleft" width="300" caption="dhinocolection"]
"Dan tahu-tahu aku sudah jadi rubungan, katanya aku kestrum listik kipas angin, dan ini jempol dan telunjukku sampai gosong...."jelas Ningrum sambil menujukan jarinya yang dikasih plester.
"Aku kapok nggak akan nglonthe lagi, katanya orang-orang kalau lonthe meninggal pas pakai pakaian serba merah akan jadi hantu, arwahnya akan gentanyangan dan akan banyak makan kurban kayak film vampir di pilem-pilem Hongkong...." ucap Ningrum tampak menyesal tatapannya kosong.
"Aku akan kerja seadanya, atau pergi ke Hongkong cari duwit sing bener, nggak akan nge-lonthe lagi." katanya lagi, dan tak terasa truk saya telah sampai di daerah Balerejo yang berarti sebentar lagi Ningrum harus turun.
"Dongakno ya mas.... aku bisa menjalankan apa yang sudah jadi niatku ." pinta Ningrum, dan aku segera menepikan truk-ku dan Ningrum menatapku dalam sekali, tiba-tiba dia memeluk dan menciumku. Dan menguman sebelum membuka pintu untuk keluar," Maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok."
[caption id="attachment_154797" align="alignleft" width="300" caption="Trukkargo"]
Aku menatap kepergian Ningrum yang mengendarai motor ojek sampai ditelan gelapnya malam, dan tak terasa air mataku banjir membasahi pipiku. Tidak tahu apa yang ada dipikiranku, antara bahagia terharu kasihan jadi satu.
NB:Ngidul : kidul [selatan] Ngguyangan : Lokalisasi di barat kota Nganjuk Lonthe : pelacur Brambang : bawang merah [Nganjuk sentra bawang merah] [caption id="attachment_154798" align="alignleft" width="300" caption="desa rangkat"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H