[Ramen] Semalam Dengan Ningrum PSK Ngguyangan
Oleh : Nanang Diyanto Ds (68)
"Mas aku numpang treknya sampeyan sampai Madiun." pinta pelayan warung  kopi yang warungnya sering kusinggahi, seraya menyodorkan secangkir kopi,
"Jam yahmene kok ape bali la ngidulmu ape numpak opo?" aku menjawab sambil menerima kopi cangkir yang disodorkannya.
"Wis to mas pokoknya aku bareng sampeyan, nanti ngidulku tak naik ojek" desak dia.
"Ya sudah asal mau nahan bau brambang...." jawabku, dan tanpa menjawabnya dia langsung ke belakang ke arah dapur, dan terdengar percakapan dengan perempuan yang usianya mungkin seusia ibunya, aku menjawab begitu karena truk yang kukemudikan penuh muatan bawang merah [berambang].
Tak lama kemudian dia keluar dari balik kelambu [tirai] yang memisahkan warung dengan ruang tamu, dan aku benar-benar terkejut karena dia telah membawa 2 tas besar seperti mau pindahan.
"Wis ayo mas berangkat sekarang selak keburu malem..." ajak-nya padaku.
"Mbok kopi dan rawone katutno aku wae...." ucapnya pada perempuan yang agak tua yang dipamitinya tadi.
Segera aku membuka pintu truk dari arah kanan, dan tanpa komando dia langsung membuka pintu mobil dan meloncat di arah samping saya.
"Namaku Ningrum mas....." kata perempuan disampingku mengawali pembicaraan, dan aku hanya menganggukkan kepala.
"Aku ape leren nggak nglonthe maneh mas, aku kapok pook....." langsung dia berbicara nyerocos, dan aku hanya bisa mengangguk mendengar penuturannya, aku masih heran dan bingung dengan apa maksut dari kata-katanya, dan baru kali ini pula ada PSK yang ikut numpang di truk-ku.
"Aku nggak bakalan lagi jual diri lagi... kapok....." kata Ningrum sambil air matanya terurai.
"Aku kepengin cepet kawin wae, emoh cari duwit sing gak bener" kata-kata Ningrum tak lagi bisa saya bendung, laju kendaraan yang mulai melambat memasuki daerah Wilangan karena ada truk didepan yang tak kuat menanjak, dan tampak didepan Polisi lalu lintas sibuk mengalihakan jalur.
"Sabuk-nya dipakai dulu, ada Polisi didepan" pintaku sambil memandang arah Ningrum.
Ningrum tampak kebingungan mencari sabuk pengaman, karena sabuk tercantol pada dongkrak yang aku taruh disamping jok kiri.
Untung mobil depan berhenti, sehingga aku ikutan berhenti dan bisa mengambil menarik sabuk pengaman disamping kiri Ningrum.
"Maaf...... maaf...... " kataku sambil salah tingkah karena tanganku ketika menarik seatbelt tak sengaja mengenai dadanya, dan hal ini membuat keringatku jatuh bercucuran karena malu. Meski Ningrum sudah biasa dipagangi dadanya namun aku tetap saja merasa bersalah.
Dan secara reflek seatbelt saya lepaskan, dan ketika aku akan mengulangi mengambilnya kembali betapa kagetnya aku karena secara bersamaan Ningrum juga akan mengambilnya sehingga kening kami berbenturan. Dan kami hanya bisa tersenyum dan segera pengait seatbelt aku kancingkan sampai berbunyi 'klik'.
"Kok mendadak berhenti nggak kerja di Ngguyangan memange ada apa?" tanyaku sambil mengusir kebekuan, karena sejak naik dari Ngguyangan sampai perbatasan Madiun ini hanya Ningrum yang banyak bicara.
"Siang tadi aku melayani pelanggan, pelanggane kok yo aneh-aneh, aku suruh pakai pakaian serba merah-merah, mulai CD, Â BH dan lingerie sexy yang dibawakannya." cerita Ningrum, dan aku hanya bisa menyimak sambil mengangguk-angguk.
"Katanya pelangganku itu dia akan lebih bergairah kalau pasangannya pakai warna begituan, dan ternyata lingerie itu nampak seksi kupakai, dia begitu menggebu ketika aku memakainya.." lanjut Ningrum, yang membuat saya menelan ludah.
[caption id="attachment_154796" align="alignleft" width="300" caption="dhinocolection"][/caption] "Namun baru saja pemanasan, kami kegerahan dan aku menancapkan steker kipas angin di kamarku agar nggak kegerahan, begitu steker aku tanyapkan tiba-tiba ada kilatan cahaya dari stop kontak dan berbunyi kretek-kretek.... dan setelah itu aku ndak ingat apa-apa..." cerita Ningrum terus mengalir tanpa beban.
"Dan tahu-tahu aku sudah jadi rubungan, katanya aku kestrum listik kipas angin, dan ini jempol dan telunjukku sampai gosong...."jelas Ningrum sambil menujukan jarinya yang dikasih plester.
"Aku kapok nggak akan nglonthe lagi, katanya orang-orang kalau lonthe meninggal pas pakai pakaian serba merah akan jadi hantu, arwahnya akan gentanyangan dan akan banyak makan kurban kayak film vampir di pilem-pilem Hongkong...." ucap Ningrum tampak menyesal tatapannya kosong.
"Aku akan kerja seadanya, atau pergi ke Hongkong cari duwit sing bener, nggak akan nge-lonthe lagi." katanya lagi, dan tak terasa truk saya telah sampai di daerah Balerejo yang berarti sebentar lagi Ningrum harus turun.
"Dongakno ya mas.... aku bisa menjalankan apa yang sudah jadi niatku ." pinta Ningrum, dan aku segera menepikan truk-ku dan Ningrum menatapku dalam sekali, tiba-tiba dia memeluk dan menciumku. Dan menguman sebelum membuka pintu untuk keluar," Maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok."
[caption id="attachment_154797" align="alignleft" width="300" caption="Trukkargo"]
Aku menatap kepergian Ningrum yang mengendarai motor ojek sampai ditelan gelapnya malam, dan tak terasa air mataku banjir membasahi pipiku. Tidak tahu apa yang ada dipikiranku, antara bahagia terharu kasihan jadi satu.
NB:Ngidul : kidul [selatan] Ngguyangan : Lokalisasi di barat kota Nganjuk Lonthe : pelacur Brambang : bawang merah [Nganjuk sentra bawang merah] [caption id="attachment_154798" align="alignleft" width="300" caption="desa rangkat"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H