Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Ibu] Ginah ....

21 Desember 2011   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesampai di rumah Ginah saya langsung menuju kamarnya, gelap kumal dan bau pengap, ada anak umur 5 bulanan di samping Ginah tidur, sementara seprei dan selimut serta sarung dan bantal berserakan di tempat tidur yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi kasur yang telah merodol isinya.

Mata Ginah menatap saya tajam sekali, lalu menunduk dan air matanya menetes tanpa disertai suara.

Saya mendongak ke arah sela kedua selangkangnya yang berusaha ditutupinya dengan sarung kumal.

"Ssst....." sambil saya memberi isyarat untuk diam, lalu saya mendekat dan saya telah mengerti apa yang telah terjadi pada Ginah.

[caption id="attachment_150400" align="aligncenter" width="504" caption="Bayi Ginah"][/caption]

Segera saya jepit memakai 2 klem di tali pusat bayi lalu saya potong, dan saya jepit tali pusat dengan jepitan tali pusat otomatis. Dan segera saya usap muka bayi dengan doek steril untuk membersihkan jalan nafasnya. Lalu saya bungkus dengan kain seadanya untuk menghindari kedinginan. Dan segera saya tarik pelan sisa tali pusat yang bermuara pada vagina, dan tangan kiri memegang bagian fundus uteri dan sekaligus melakukan masage agar plasenta segera lepas, dan setelah lepas saya bereskan kamar tidurnya, begitu juga bayi Ginah saya dekatnya saya sejajarkan dengan cucunya yang mungkin lahir selang 3-4 bulanan.

Ginah masih diam dan terus memandangi saya,sayapun tak peduli dan terus mengerjakan apa yang harus kerjakan, sementara Nanik putrinya sibuk di dapur menyiapkan minum buat saya.

Ginah diam, sayapun diam.

Dan suara adzan subuh berkumandang, saya mendekat pada Ginah.

"Aku pulang dulu, jangan macem-macem pada bayimu...." ucap saya bermaksud pamitan sambil mengancam takut kalau bayinya diapa-apain.

Namun belum sempat beranjak Ginah menari tangan saya dan merangkul lutut saya sembari berkata, "Mbak aku bingung harus bagaimana, dan bayi ini mau aku apakan..... aku bingung........"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun