"Yang paling ndak disukai membawa jenasah yang gimana mas?" tanya saya
"Mayat yang ndak utuh atau mayat-mayat korban pembunuhan yang seringkali bisa ditemukan beberapa hari setelahnya.... rasanya baunya masih menempel berminggu-minggu meski sudah mandi puluhan kali...." jawabnya.
Di rumah sakit ada 4 sopir ambulan, dan mas Anto yang paling lama bekerja dan otomatis dia menjadi senior, ke empat sopir itu diatur jadwal jaganya dengn shif malam, pagi, dan sore. Selain sebagai sopir jenazah juga menjadi sopir ambulan dan sopir kantor, jadi tidak melulu menjadi sopir jenasah.
Dalam perjalanan pulang itu kantor sudah berkali-kali telephon, "Diam dulu ya Trie... tang ngankat telepon dulu...." pesannya.
Dia membunyikan sirenenya lagi yang tadinya sudah dimatikan bersamaan menurunkan janasah, dan dia mengeluarkan hp dari sakunya  dan menekan tombol yes untuk menjawab panggilan masuk, namun bukannya menempelkan di telinganya dia malah mengeluarkan hp-nya keluar jendela dan mendekatkan dengan sirine yang meraung dan baru menempelkan ditelinga, " Hallo iya mbak, ini masih ngantar jenazah di daerah Sooko mungkin 2 jam lagi baru sampai situ....." jawabnya
Saya hanya tertawa dan dia pun tertawa, "Gitu lo Trie... pekerjaan sudah mengantri banyak, kalau digitukan mereka baru percaya dan ndak ngebel-ngebel lagi......"
"Ayo mas cari makan dulu, aku punya langganan di jeruk sing sana....." kata saya untuk mencari tempat makan.
"Pinggir jalan to?" tanyanya
"Iya, memang nyapo?" ganti saya bertanya
"Ndak enak ini jam kantor, yang agak ndelik wae...." pintanya
"Oke warunge Kalak wae, belakang Unmuh ya...." ajak saya.