Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Tukang Setrum Ikan

26 September 2014   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14116450531973361777
14116450531973361777
1411645130530503827
1411645130530503827
Seselesainya menyetrum, dengan sepeda onthelnya mereka menuju di daerah selatan paju untuk menjajakan ikan hasil tangkapannya, tepatnya di daerah utara Dengok selatan Paju (Cemara).

Sebelum dijajakan ikan mereka bersihkan tahi , jerohan dan sisiknya, dan dicuci dengan air bersih. Dan mereka kelompokan berdasar jenis ikan, besar kecil ikan.

14116451952053642286
14116451952053642286
141164525243077192
141164525243077192
Ikan-ikan yang sudah dibersihkan mereka taruh di selonjor daun pisang, dan mereka bagi-bagi, dan tiap bagian rata-rata mereka hargai  5-10 ribu, dan untukudang dan belut bisa mencapai 15 ribu. Rata mereka bisa membawa pulang uang 40-70 ribu dengan bermodal aki yang distrum, serok ikan, rangkaian kabel, dan tak yang terbuat dari anyaman.

Mereka di Cemara ini sampai jam 12 an atau sampai ikannya habis terjual.

14116452921435962395
14116452921435962395
Selain mereka jual sendiri, ikan-ikan di boking oleh warung warung serta dibeli ibu-ibu untuk di jual di pasar Legi. Tentunya harga borongan tidak setinggi harga eceran di Cemara ini.

Ada puluhan orang di daerah ini yang pekerjaannya menyetrum ikan, mereka berangkat pagi-pagi dan pulang menjelang dhuhur. Musim Penghujan hasl tangkapannya akan lebih banyak dan ikan lebih besar-besar serta lebih bersih.

Mereka tidak mengeluh meski sungai kotor dan bahu, badan mereka sudah kebal dari gatal akibat kotornya sungai, mereka sudah puluhan tahun penyakit sudah bosan menghinggapinya katanya.

Hidup dan hidup mereka harus tetap hidup, meski menganggu lingkungan hidup.

14116453451662367436
14116453451662367436

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun