Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Perempuan Pemecah Batu Sepanjang Aliran Grindulu Pacitan

26 Januari 2015   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14222711991207058118

[/caption]

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="gubuk mereka bergandengan, mereka rukun saling membantu dan salin berbagi bekal"][/caption]

Karena penasaran kok hanya para perempuan yang belerja, maka saya beranikan bertanya

"Nyuwun sewu bu... kok mecahi selo piyambak? bapak-e dateng pundi? kok eco emen bapak-e?" tanya saya setengah protes melihat mereka bekerja sementara suaminya kok tidak nampak.

"Simah kulo pun enjing wau mriki, nyiapne watu-watu niki, simah kulo sing ngakati disiapne damel kulo, lan mengke siamah kulo sonten mriki nyiapne malih, lek yen yah menten simah kulo kerjo dateng ngare dados buruh tani, sonten nembe wangsul...." jawab bu Yati menjawab protes saya.

Suami mereka bekerja menjadi buruh tani, atau menjadi tukang kayu, di daerah bawah (dataran rendah), suami mereka yang menyiapkan batu-batu yang akan dipecahi di pagi atau sore. Dan setelah selesai memasak perempuan-perempuan ini mulai bekerja, dan pulang sekitar siang atau sore ketika anak atau suaminya sudah pulang bekerja.

"Bu per kubik e di hargai pinten?" tanya saya lebih lanjut

"150 ribu mas per kibik-e, pun dipendet mriki lan mereuhi pun minggah trek" jawabnya

"Sedinden asal pinten kibik bu enten sak kibik?" tanya saya sembari terus menjepret.

"Oalah maas paling 1/4 utawi 1/3 kibik kantun nari boyok-e..." jawabnya lagi

Sehari mereka bisa memecahi batu menjadi kecil-kecil (koral) antara 1/4 - 1/3 kubik, bila per kubik seharga 150 ribu berarti pendapatan mereka 40-50 ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun