Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengrajin Batu Akik Tradisional Pacitan

2 Februari 2015   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:59 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut mereka, sekitar 2 bulanan ini pesanan meningkat, tidak tahu apa sebabnya mungkin imbas musim liburan kemarin. Ramainya jalur Pacitan Ponorogo akan menambah penghasilan mereka, karena semakin banyak orang yang penasaran dan mampir pada gubuknya.

Bilamana tidak ada pesanan, batu akik yang sudah jadi diambil pengepul dari Pacitan untuk dipasarkan di tempat wisata. Meski harga di tempat wisata bisa berkali lipat mereka lebih seneng membikin dan langsung menjualnya tanpa harus menunggu laku dan tidaknya. Sambil melayani pelanggan dadakan yang mampir di tempat usahanya. Dan disyarankan kalau mempunyai bahan batu bagus silahkan mampir untuk dibuatkan, dengan menunggu 1-2 jam batu akik sudah jadi.

14227058361623190481
14227058361623190481

2 jam menunggu berbuah hasil, ongkos membuat batu ini per biji 10 ribu, untuk ukuran kecil 15-20 ribu, makin kecil makin rumit dan makin mahal membikinnya

Menurut mereka, orang memakai akik dengan model dan ukuran yang besar besar dengan warna gelap, orang menganggap batu batu tersebut bertuah, seperti bentuk tro banyu (ada air dalam batu) miriip waterpas, tapak jalak (ada tanda plus) bertuah buat kesaktian, torong (terang tengah) berkasiat bisa untuk meneropong. Tapi itu dulu, sekarang bergeser dengan warna yang cerah dan tembus pandang, seperti merah cerah, hijau cerah, biru cerah. Dan bila disorot lampu senter bisa tembus dengan warna-warna tersebut harga batu akan semakin mahal, dan pemakainya-pun sekarang orang orang muda dan ibu-ibu, kalau dulu cuma bapak-bapak yang sudah umur setengah baya.

14227059341075838790
14227059341075838790

dipinggir jalan menuju Pacitan dan pinggiran sungai Grindulu ini gubuk gubuk mereka pergunakan untuk berteduh waktu bekerja

Meski murah bukan bearti merugi, karena bahan yang mudah didapat dan peralatan yang sederhana, serta ditempat gubuk seadanya kata mereka tidak perlu mengeluarkan modal banyak. Pengeluaran hanya buat listrik, amplas dan mata gerinda. Makan dan minum di rumah yang tinggal menyeberang jalan. Dan bila menginkan batu yang bagus atau bahan batu yang bagus pelanggan dipersilahkan unutk datang dirumahnya yang berada diseberang jalan dengan naik ke atas bukit di utara jalan.

14227060391198451686
14227060391198451686

bila sudah masuk di pasaran atau gerai harga bisa melambung 3-5 kali lipat

Rasa penasaran saya untuk membandingkan dengan harga di gerai dan penjual batu akik yang berada di kota, meski pilihannya banyak tapi harganya naik menjadi 3-5 kali lipat, sedangkan bahan batu rata-rata naik 3 kali lipat. Namun pembeli tinggal memilih dan tidak perlu menunggu. Rata-rata batu yang sudah diberi frame (cincin) berharga 50 ribu ke atas. Lagi-lagi lagi kerasnya perbukitan Pacitan menghidupi mereka yang dengan rajin mengolah dan bisa memanfatkannya.

Untuk melihat reportase teman-teman Kampret lainya buka kampretjebul

*) Salam dari desa
*) Salam Kampret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun