Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[kampretjebul3] Potret Pembuat Batu Bata

24 Februari 2015   13:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Angel pripun, nopo musin jawah niki mbah?” tanya saya sok tahu.

“Yen jawah niku dipasangi terpal taksih saget kerjo, nangin yen regane anjlok niku sing mboten cucuk…” jawab mbah Maji, kalau hujan masih bisa pasang terpal biar bisa bekerja, yang jadi masalah adalah harga bata yang terus turun dan bisa merugi.

“Biyen yen wayah usum bade riyoyo ngenten niki boto dereng dadi wis dicalang tiyang, la sak niki boto mateng di pasang ngajeng griyo pun enten 3 wulan mboten pajeng, pajeng pajeng namung nyitheng, riyin boto tembus 650 ewu ngebrok sakniki kantun 530 ewu ngebrok….” jelasnya lagi, dulu menjelang hari raya begini bata masih dicetak saja sudah dipesan orang, namun sekarang bata yang sudah jadi ditaruh didepan rumah hampir 3 bulan tidak laku, dulu harga bata ditempat 650 ribu sekarang tinggal 530 ribu ditempat.

[caption id="attachment_352668" align="aligncenter" width="480" caption="pak Margono dan keluarganya mulai pagi sampai sore mengurus batu bata, batu bata sumber penghidupan mereka"]

14247057501550878783
14247057501550878783
[/caption]

Pak Margono dibantu istri dan kedua anaknya mengadalkan membuat batu bata menjadi sumber penghidupannya, mulai pagi hingga petang dia mengurus batu bata mulai membuat adonan sampai pembakarannya. Semakin banyak anggota keluarganya semakin banyak batu bata yang berhasil dicetaknya.

Pesanan pak Margono lumayan, pemesannya kebanyakan dari Jawa Tengah daerah Gunung kidul, dan hari-hari ini dia harus menyediakan 24 ribu batu bata untuk dikirim ke Wonosari Gunung kidul.

Ketika saya tanya apakah mampu menyediakan batu bata sebanyak itu hanya dalam waktu sebulan, dia menjawab, "Saget mas, banon niki pun meh jangkep 8 ewu, sisane mangke kulo pendetne saking konco-konco, ukurane sami dados mboten masalah, malah konco-konco seneng banone kepayon, lan kulo taksih pikantuk bathi lan komisi, saling untung mas..."

Pak Margono menyanggupi 24 ribu batu bata, punya keluarganya sudah 8 ribu dan sisanya diambilkan dari pembuat yang lain, pembuat yang lain senang karena batu batanya laku, dan pak Margono dapat keuntungan dari penjulan ini dan juga masih mendapat komisi dari teman-temannya, saling menguntungkan.

[caption id="attachment_352669" align="aligncenter" width="480" caption="mas Jio menyisik batu bata setengah kering, dan menata miring agar cepat kering"]

14247058451368814102
14247058451368814102
[/caption]

[caption id="attachment_352670" align="aligncenter" width="480" caption="setelah disisik ditata miring biar keringnya merata"]

14247059141352504447
14247059141352504447
[/caption]

Beda lagi cerita mas Jio, anak-anaknya masih kecil sehingga belum ada yang bisa membantu, begitu juga istrinya. Batu bata yang sudah ia sisik lalu di taruh miring, dan ditumpuk dengan sela longgar, katanya biar cepat kering dan tidak boros tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun