“Angel pripun, nopo musin jawah niki mbah?” tanya saya sok tahu.
“Yen jawah niku dipasangi terpal taksih saget kerjo, nangin yen regane anjlok niku sing mboten cucuk…” jawab mbah Maji, kalau hujan masih bisa pasang terpal biar bisa bekerja, yang jadi masalah adalah harga bata yang terus turun dan bisa merugi.
“Biyen yen wayah usum bade riyoyo ngenten niki boto dereng dadi wis dicalang tiyang, la sak niki boto mateng di pasang ngajeng griyo pun enten 3 wulan mboten pajeng, pajeng pajeng namung nyitheng, riyin boto tembus 650 ewu ngebrok sakniki kantun 530 ewu ngebrok….” jelasnya lagi, dulu menjelang hari raya begini bata masih dicetak saja sudah dipesan orang, namun sekarang bata yang sudah jadi ditaruh didepan rumah hampir 3 bulan tidak laku, dulu harga bata ditempat 650 ribu sekarang tinggal 530 ribu ditempat.
[caption id="attachment_352668" align="aligncenter" width="480" caption="pak Margono dan keluarganya mulai pagi sampai sore mengurus batu bata, batu bata sumber penghidupan mereka"]
Pak Margono dibantu istri dan kedua anaknya mengadalkan membuat batu bata menjadi sumber penghidupannya, mulai pagi hingga petang dia mengurus batu bata mulai membuat adonan sampai pembakarannya. Semakin banyak anggota keluarganya semakin banyak batu bata yang berhasil dicetaknya.
Pesanan pak Margono lumayan, pemesannya kebanyakan dari Jawa Tengah daerah Gunung kidul, dan hari-hari ini dia harus menyediakan 24 ribu batu bata untuk dikirim ke Wonosari Gunung kidul.
Ketika saya tanya apakah mampu menyediakan batu bata sebanyak itu hanya dalam waktu sebulan, dia menjawab, "Saget mas, banon niki pun meh jangkep 8 ewu, sisane mangke kulo pendetne saking konco-konco, ukurane sami dados mboten masalah, malah konco-konco seneng banone kepayon, lan kulo taksih pikantuk bathi lan komisi, saling untung mas..."
Pak Margono menyanggupi 24 ribu batu bata, punya keluarganya sudah 8 ribu dan sisanya diambilkan dari pembuat yang lain, pembuat yang lain senang karena batu batanya laku, dan pak Margono dapat keuntungan dari penjulan ini dan juga masih mendapat komisi dari teman-temannya, saling menguntungkan.
[caption id="attachment_352669" align="aligncenter" width="480" caption="mas Jio menyisik batu bata setengah kering, dan menata miring agar cepat kering"]
[caption id="attachment_352670" align="aligncenter" width="480" caption="setelah disisik ditata miring biar keringnya merata"]
Beda lagi cerita mas Jio, anak-anaknya masih kecil sehingga belum ada yang bisa membantu, begitu juga istrinya. Batu bata yang sudah ia sisik lalu di taruh miring, dan ditumpuk dengan sela longgar, katanya biar cepat kering dan tidak boros tempat.