Mengorganisasi makna tanggung jawab akan mengubah perilaku penganut agama yang tadinya hanya sekedar berserah diri, pasrah pada takdir yang ada (jabariyah, fatalisme) menjadi penganut agama yang berusaha maksimal melakukan hal-hal konkret menghindari virus Corona, misalnya, dengan melaksanakan imbauan WHO, antara lain menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan secara berkala, menjaga jarak melalui physical distancing, dan seterusnya.
Inilah yang dikenal dalam Islam sebagai konsep "tawakkal", usaha maksimal kemudian berserah diri. Takdir kematian seseorang memang sudah Tuhan tentukan dalam daftar tunggu yang dipegang malaikat Izrail, namun menghindari wabah virus Corona dengan segala usaha maksimal dikerahkan merupakan jalan baru menerjemahkan agama yang lebih dinamis. Â
Sekilas terdapat pertentangan peran agama yang dipersepsikan Anas dengan yang disuguhkan Gultom dalam menghadapi Corona. Sesungguhnya, keduanya saling melengkapi. Hanya kacamata yang dipakainyalah yang membedakan keduanya. Keduanya menganggap bahwa agama punya peranan penting  menghadapi virus Corona.
Sains telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Sejak  awal perkembangaanya, sains telah berperan mengubah cara pandang manusia tentang diri dan alam sekitarnya sesuai dengan pandangan sains itu sendiri.
Begitu pula agama, ia berperan saat menjelaskan misteri-misteri kehidupan secara intuitif. Pada akhirnya, jika kita mengabaikan peran keduanya maka hilanglah keseimbangan dan keharmonisan pada manusia dan alam.
Di pihak lain ada keterkaitan antara sains dan agama, sehingga keduanya bisa didudukkan bersama untuk membicarakan dan menyelesaikan problem kehidupan, termasuk di dalamnya menghadapi problem virus Corona. Keduanya saling mendukung dan menguatkan.
Dalam tipologi hubungan antara sains dan agama, Ian Barbour mengkategorikannya sebagai hubungan yang bersifat dialogis.