Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sains dan Agama Mengusir Corona

12 April 2020   18:14 Diperbarui: 12 April 2020   21:51 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi

Dalam peradaban manusia, perkembangan sains menjadi sentral. Inilah yang kemudian negara-negara di dunia berlomba untuk menegembangkannya. Prinsipnya adalah semakin maju sains sebuah negara maka majulah bangsa tersebut.

Sains mempunyai PR besar, penting dan mendesak untuk menyudahi wabah ini dengan menemukan vaksin yang jitu untuk melawan virus dahsyat ini. Warga dunia berharap penuh kepada sains untuk mengatasi wabah ini dengan cepat dan tepat agar korban yang terpapar dan meninggal bisa direm jumlahnya.

Sains menjalankan perannya ketika para ilmuwan berhasil memaparkan hasil risetnya sehingga informasi kesehatan yang berkaitan virus ini bisa diakses dan dipatuhi masyarakat luas mulai dari edukasi pencegahan, peningkatan imunitas dan seterusnya. Sains juga membantu para tenaga medis saat menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya di lapangan sehingga mereka berhasil menangani wabah Corona di masyarakat.

Lalu, bagaimana peran agama dalam konteks ini? Apakah peran agama bertentangan dengan sains atau sebaliknya? Konstribusi apakah yang "disumbangkan" agama untuk mengatasi wabah pandemi ini? Dan sejumlah pertanyaan lain yang menuntut agama memberikan solusi terbaik menghadapi wabah ini. 

Dari segi epistemologi, sains dan agama adalah dua wilayah pengetahuan manusia yang berbeda. Sains titik tolaknya pengetahuan rasional dan empiris, sedangkan agama adalah pengetahuan yang bertolak kepada intuisi.

Agama mempunyai peran penting dalam menghadapi segala persoalan kehidupan, termasuk dalam menangani wabah Corona ini. Meski agama, pada titik tertentu, tak selalu linier dengan nalar sains.

Meminjam bahasa Mohamad Anas dalam Buletin Macapat[3]  bahwa peran agama mempunyai jalan sendiri yang "tidak gaduh" di ruang publik. Mesti tak gaduh, ia bisa dirasakan penuh oleh para penganutnya, ia mampu memberi ketenangan dan optimisme. 

Menurutnya, peran agama harus bersifat positif, bukan sebaliknya, malah ikut memperkeruh dan memperuncing persoalan. Pada level individu, agama dapat memperkuat mental seseorang di tengah gaduhnya wabah Corona, tentu saja dengan doa dan keyakinan. Pada level sosial agama justru diharapkan mampu menjadi basis moral dalam memperkuat kemanusiaan, persatuan, partisipasi dan bahkan keadilan.

Masih dalam diskursus peranan agama di atas, Andri Fransiskus Gultom[4], Dosen Filsafat Ilmu dan Logika FIB UB, justru dengan telak mempertanyakan konsep 'agama' yang dimaksud oleh Mohamad Anas. Menurutnya, agama yang dikonspepsikannya adalah agama sebagai suatu ideologi, aliran, dan keyakinan, jelas bukan manusia. 

Dalam konteks ini 'agama' tak bisa berbuat apa-apa, ia terengah-engah bahkan kewalahan, untuk "menunda" sebaran virus Corona saja ia tak sanggup. Sangat berbeda jika 'agama' diterjemahkan secara antropologis, yang dimaksud adalah para penganut agama (umat beragama).   

Gultom membaca cara atau langkah praktis yang dilakukan oleh agama hanya berkutat pada anjuran, petuah, nasehat, khotbah yang cenderung menenangkan umatnya agar tidak panik dan ujungnya diminta untuk berserah kepada Yang Mahakuasa. Dalam perspektif filsafat, agama dalam konteks di atas hanya "mempertajam makna tanggung jawab" bukan "mengorganisasi makna tanggung jawab".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun