Mohon tunggu...
BungRam
BungRam Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati pendidikan, konsultan program pendidikan

Book lover, free traveller, school program consultant, love child and prefer to take care for others

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Ada Anak yang Nakal, Berikut Tips Mengembangkan Disiplin Diri Pada Anak

9 Juni 2021   14:13 Diperbarui: 9 Juni 2021   18:48 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.babycouture.in/blog/wp-content/uploads/2016/11/feature-1024x661.jpgSumber gambar: https://www.babycouture.in/blog/wp-content/uploads/2016/11/feature-1024x661.jpg

2. Biasakan untuk berdialog 

Membiasakan berdialog dengan anak, khususnya dalam menyikapi perilakunya, kejadian yang menimpanya, atau emosinya tatkala  melakukan tindakan impulsif adalah cara yang sangat baik dalam menerapkan disiplin yang positif kepada anak. Berdialog melatih anak belajar mengungkapkan perasaan dan sekaligus belajar mendengarkan. Kitapun juga membantu mereka lewat contoh tentang betapa pentingnya mendengarkan. 

Ketika anak melakukan pelanggaran disiplin, menghukumnya bukan solusi yang tepat agar ia tidak mengulangi, bisa jadi hukuman akan membuat ia bertambah stress dan cenderung melakukan tindakan lain yang lebih berat dari pelanggaran sebelumnya. Dialog mengajak kita memahami akar masalah mengapa seorang anak berbuat salah, berperilaku buruk atau tidak mengerjakan tugas misalnya. 

quora.com
quora.com
Saya mencoba menerapkan tips berdialog ini bersama  guru piket di sekolah. Setiap anak yang datang terlambat, saya minta guru piket mencatat, kemudian menanyakan dan menuliskan alasan anak mengapa terlambat setelah dilakukan dialog dengannya. Dan setelah lama berjalan, pola itu memberikan motivasi baru untuk anak yang suka datang terlambat karena berbagai alasan, kemudian  mendapatkan solusinya melalui dialog tadi. Bukan melalui hukuman. Kebiasaannya datang terlambat tidak terjadi lagi. Karena dialog melatih anak-anak mencari solusi, belajar tentang pengaturan diri, dan berlatih mengontrol emosi.

3. Hindari mempermalukan anak

"Umurmu 6 tahun, jangan bertingkah seperti bayi!" 

"Tidak mengerjakan tugas lagi? Pemalas seperti kamu tidak akan sukses!" 

"Kamarmu menjijikkan, bersihkan." 

"Kenapa kamu tidak bisa mengerjakan soal semudah ini? Dasar 'telmi'! (Telat mikir)"

Pernahkah Anda mengucapkan kata-kata itu? Ungkapan-ungkapan itu semua memiliki efek mempermalukan , membuat anak-anak merasa buruk tentang diri mereka sendiri. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada harga diri anak dan  juga tidak efektif, karena memperkuat identitas anak sebagai seseorang yang berperilaku dengan cara tertentu.

Jika anak Anda selalu diberi tahu bahwa mereka bertingkah seperti bayi, mereka akan menyerap ini dan lebih berperilaku seperti itu. Jika Anda menyebut mereka sebagai pemalas, mereka akan menganggap diri mereka seperti itu dan bertindak sesuai dengan itu. Cobalah untuk mengomentari perilaku anak Anda, memberi tahu mereka ketika itu tidak pantas, tanpa menimbulkan perasaan malu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun