2. Biasakan untuk berdialogÂ
Membiasakan berdialog dengan anak, khususnya dalam menyikapi perilakunya, kejadian yang menimpanya, atau emosinya tatkala  melakukan tindakan impulsif adalah cara yang sangat baik dalam menerapkan disiplin yang positif kepada anak. Berdialog melatih anak belajar mengungkapkan perasaan dan sekaligus belajar mendengarkan. Kitapun juga membantu mereka lewat contoh tentang betapa pentingnya mendengarkan.Â
Ketika anak melakukan pelanggaran disiplin, menghukumnya bukan solusi yang tepat agar ia tidak mengulangi, bisa jadi hukuman akan membuat ia bertambah stress dan cenderung melakukan tindakan lain yang lebih berat dari pelanggaran sebelumnya. Dialog mengajak kita memahami akar masalah mengapa seorang anak berbuat salah, berperilaku buruk atau tidak mengerjakan tugas misalnya.Â
3. Hindari mempermalukan anak
"Umurmu 6 tahun, jangan bertingkah seperti bayi!"Â
"Tidak mengerjakan tugas lagi? Pemalas seperti kamu tidak akan sukses!"Â
"Kamarmu menjijikkan, bersihkan."Â
"Kenapa kamu tidak bisa mengerjakan soal semudah ini? Dasar 'telmi'! (Telat mikir)"
Pernahkah Anda mengucapkan kata-kata itu? Ungkapan-ungkapan itu semua memiliki efek mempermalukan , membuat anak-anak merasa buruk tentang diri mereka sendiri. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada harga diri anak dan  juga tidak efektif, karena memperkuat identitas anak sebagai seseorang yang berperilaku dengan cara tertentu.
Jika anak Anda selalu diberi tahu bahwa mereka bertingkah seperti bayi, mereka akan menyerap ini dan lebih berperilaku seperti itu. Jika Anda menyebut mereka sebagai pemalas, mereka akan menganggap diri mereka seperti itu dan bertindak sesuai dengan itu. Cobalah untuk mengomentari perilaku anak Anda, memberi tahu mereka ketika itu tidak pantas, tanpa menimbulkan perasaan malu.Â