Otoritas nasional dan komunitas internasional perlu melindungi pembiayaan pendidikan melalui cara-cara berikut: memperkuat mobilisasi pendapatan domestik, melestarikan bagian pengeluaran untuk pendidikan sebagai  prioritas utama dan mengatasi inefisiensi dalam pengeluaran pendidikan; memperkuat koordinasi internasional untuk mengatasi krisis hutang; dan melindungi bantuan pembangunan resmi untuk pendidikan.
3. Â Memperkuat ketahanan sistem pendidikan dan kesetaraan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
Memperkuat ketahanan sistem pendidikan memungkinkan negara-negara untuk menanggapi tantangan langsung dalam membuka kembali sekolah dengan aman dan memposisikan mereka untuk mengatasi krisis masa depan dengan lebih baik. Dalam hal ini, pemerintah dapat mempertimbangkan hal-hal berikut: fokus pada kesetaraan dan inklusi; memperkuat kapasitas untuk manajemen risiko, di semua tingkatan sistem; memastikan kepemimpinan dan koordinasi yang kuat; dan meningkatkan mekanisme konsultasi dan komunikasi.
4. Atur ulang program pendidikan dengan mempercepat perubahan dalam sistem pembelajaran
Upaya besar-besaran yang dilakukan dalam waktu singkat untuk menanggapi guncangan sistem pendidikan mengingatkan kita bahwa perubahan itu pasti. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menemukan cara baru untuk mengatasi krisis pembelajaran dan mewujudkan  serangkaian solusi yang sebelumnya dianggap sulit atau tidak mungkin diterapkan.Â
Poin-poin langkah yang bisa jadi upaya  kedepan: fokus pada mengatasi kerugian belajar dan mencegah putus sekolah, terutama dari kelompok yang terpinggirkan; menawarkan keterampilan untuk program kelayakan kerja; mendukung profesi guru dan kesiapan guru; memperluas definisi  hak atas pendidikan untuk menyertakan konektivitas; menghilangkan hambatan konektivitas; memperkuat data dan pemantauan pembelajaran; memperkuat artikulasi dan fleksibilitas lintas tingkat dan jenis pendidikan dan pelatihan.Â
Baca uraian lengkapnya di policy brief; education during COVID-19 and beyond.
Selanjutnya, dalam proses belajar selama masa pandemi ini, semua sudah mulai lumrah, atau sebagian masih merasakan berat dan berharap sistem pembelajaran tidak  lagi menggunakan perangkat digital karena banyak faktor yang menghambat belajar siswa dan hampir menimbulkan demotivasi belajar, karena pemahaman yang salah tentang proses belajar jarak jauh atau belajar secara daring.
Kita, di Indonesia khususnya, dikatakan pernah punya pengalaman penerapan pola belajar jarak jauh, meisalnya dengan telah dibukanya program Universitas Terbuka, kursus 'online' semacam Ruang Guru. Namun prinsip pembelajaran jarak jauh di hampir semua level pendidikan, belum dipahami dan dilaksanakan sebagai sebuah pola yang berbeda dari belajar secara tatap muka di kelas.
Momen pandemi justru tidak memberikan kerangka baru dalam pengembangan sistem pendidikan berbasis teknologi. Karena perangkat digital, buku ajar, dan guru sebagai pusat belajar masih mendominasi pola belajar di rumah. Sehingga penyesuaian dalam perubahan pendidikan jarak jauh tidak hadir untuk memberikan keterampilan baru selama pandemi, bahkan kebutuhan akan keterampilan lainnya pasca pandemi COVID-19 ini.
Apa saja keterampilan belajar yang perlu ditanamkan/dipelajari oleh anak selama dan pasca pandemi?