Dalam dunia kripto, ada cryptoasset yang disebut koin dan ada pula yang disebut token. Keduanya terlihat sama, tetapi sebetulnya berbeda. Jadi, apa saja bedanya?
Ide tulisan ini muncul saat saya berdiskusi dengan seorang teman di Pemalang via WhatsApp. Saya mengajaknya bertukar pikiran soal dunia kripto, sebab saya tahu betul ia pernah datang ke tempat tinggal saya semasa di sana dan membicarakan tentang Bitcoin, dll.
Dalam serunya pembicaraan tadi, ada beberapa hal yang menurut saya kurang tepat dipahami oleh teman tadi. Bahkan kalau diamati lebih lanjut, misalnya dengan menyimak tema ini di linimasa media sosial, tak sedikit yang juga punya pemahaman begitu.
Kalau di kalangan netizen pecinta bola masih banyak salah kaprah memahami istilah naturalisasi, keturunan atau abroad, demikian pula di kalangan kriptomania. Ternyata masih ada yang, sebagai contoh, bahkan tidak bisa membedakan koin dan token.
Memangnya ada bedanya? Mungkin ada yang bertanya demikian.
Sepintas memang sama saja. Terlebih kalau fokusnya cuma cuan, tak pentinglah memahami istilah-istilah begitu sepanjang memberikan profit. Mau token kek, koin kek, Â bahkan meme coin kek, yang penting memberi untung menjulang.
Namun bagi yang ingin benar-benar memahami dunia kripto secara utuh, tentu hal-hal sepele semacam ini jangan sampai salah dipahami. Karena pada kenyataannya keduanya memang merupakan dua hal yang berbeda.
Koin dan Rantai Blok
Perbedaan mendasar dan terutama dari dua aset digital ini terletak pada hubungannya dengan sebuah rantai blok alias blockchain. Koin adalah mata uang kripto (cryptocurrency) utama dalam sebuah blockchain, sedangkan token pada umumnya 'menumpang' pada jaringan atau ekosistem yang sudah ada.
Sebagai mata uang kripto utama, sebuah koin berfungsi sebagai unit nilai yang menjadi patokan dalam semua jenis transaksi. Termasuklah di dalamnya untuk membayar biaya-biaya yang muncul saat melakukan transaksi-transaksi tersebut.
Karena itu sebuah koin hanya berlaku di satu blockchain tertentu. Lain rantai blok, lain pula koinnya. Ekosistem Bitcoin punya BTC, sedangkan Ethereum dan Solana masing-masing punya ETH dan SOL.
SOL hanya dapat dipakai bertransaksi di dalam ekosistem Solana. Demikian halnya dengan ETH dan BTC yang hanya bisa digunakan dalam rantai blok masing-masing.
Jika kita bawa ke kehidupan sehari-hari, koin tak ubahnya mata uang sebuah negara. Di Indonesia ada Rupiah (IDR), di mana ditetapkan oleh Pemerintah bahwa semua transaksi di dalam wilayah negara ini harus dalam IDR.
Kalau misalkan Jay Idzes atau Thom Haye datang kemari membawa Euro, mata uang tersebut tidak bisa mereka belanjakan di Alfamart atau di Holland Bakery sekalipun. Harus ditukarkan terlebih dahulu ke dalam Rupiah.Â
Sebaliknya kalau kita mau pergi ke Malaysia, misalnya, IDR mau sebanyak apapun tidak bernilai di sana. Setelah ditukar menjadi Ringgit Malaysia (RM), barulah bisa dibelanjakan souvenir atau membeli makanan di lapak-lapak streetfood Bukit Bintang.
Demikian halnya sebuah koin dalam dunia kripto. SOL tidak bisa dipakai bertransaksi di ekosistem Ethereum atau Bitcoin dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan sifat penggunaannya, setidaknya koin dapat dibedakan menjadi empat jenis:
- Native Coins, yakni koin asli sebuah blockchain yang berfungsi sebagai mata uang kripto utama dalam ekosistem tersebut. Contohnya SOL di jaringan Solana, ETH di Ethereum, dan BTC di Bitcoin.
- Forked Coins, yakni koin-koin yang yang dibangun secara terpisah, dalam cabang yang berbeda, tetapi masih berada dalam sebuah blockchain yang sama. Misalnya Ethereum Classic (ETC), Bitcoin Cash (BCH), atau Bitcoin SV (BSV).
- Wrapped Coins, secara mudah dapat diartikan sebagai perwakilan koin atau aset digital jaringan tertentu di dalam jaringan lain. Koin jenis ini memungkinkan pengguna mengakses fungsi dan likuiditas lintas ekosistem. Contohnya adalah Wrapped Ether (WETH) dan Wrapped Bitcoin (WBTC).
- Stablecoins, jenis koin yang hampir mirip wrapped coin, cuma bedanya nilainya dilandaskan pada nilai aset lain seperti emas ataupun mata uang fiat. Penciptaannya bertujuan untuk menjaga stabilitas sekaligus mengurangi volatilitas harga dalam perdagangan kripto. Contohnya USD Coin (USDC) dan USD Tether (USDT) yang keduanya dijaga agar selalu bernilai sama dengan dolar AS.
Token dan Jenis-jenisnya
Sekarang kita masuk ke token. Seperti sudah disinggung di atas, aset digital satu ini memang seperti koin tetapi bedanya bukanlah mata uang utama dalam sebuah blockchain dan memiliki fungsi serta peran berbeda bagi aktivitas dunia kripto.
Jika koin hanya dapat dipergunakan dalam blockchain aslinya, maka token bisa lebih luwes melintas ke berbagai ekosistem. Dengan demikian, pemilik dapat mentransfer sebuah token dari jaringan satu ke jaringan lain dalam bentuk aslinya tanpa harus ditukar terlebih dahulu ke satuan lain.
Lalu kalau koin berfungsi sebagai mata uang, unit nilai dan penjaga keamanan sebuah ekosistem, token memiliki fungsi lebih beragam. Di antaranya sebagai andil atau bagian kepemilikan dari sesuatu, sebagai alat utilitas, representasi hak suara dalam sebuah komunitas, serta masih banyak lagi.
Namun tidak seperti koin yang berlaku di seluruh aktivitas dalam ekosistem, penggunaan token lebih spesifik. Kita hanya bisa mempergunakan sebuah token di tempat mana token itu diterima. Biasanya di aplikasi atau layanan di mana token tersebut dijadikan sebagai nilai tukar.
Sekalipun sama-sama berjalan di blockchain yang sama, Solana misalnya, satu layanan atau aplikasi tidak menerima token yang dibuat oleh layanan atau aplikasi lain. Jadi, tokennya harus ditukar terlebih dahulu ke dalam SOL atau stablecoin seperti USDC.
Kalau mau membandingkannya dengan praktik di dunia keseharian, kartu Trans Studio adalah semacam token bagi para penggunanya. Saldo dalam kartu tersebut hanya dapat digunakan di dalam Trans Studio, tidak berlaku di playground sejenis lainnya.
Kalau mau berpindah ke Timezone, misalnya, maka kita wajib membeli Timezone Card dulu untuk bisa menikmati permainan-permainan di dalamnya. Mau sebanyak apapun saldo di dalam kartu Trans Studio, tidak akan nilainya di Timezone.
Atau dalam bentuk lain adalah koin Shoppe bagi pengguna lokapasar yang identik dengan warna oranye ini. Koin Shopee hanya bisa dipakai di Shopee, entah untuk berbelanja maupun membayar tagihan, tidak bisa dibelikan es krim di Alfamart.Â
Sekarang mari kita kulik sedikit mengenai jenis-jenis token berdasarkan fungsinya:
- Utility Tokens, adalah jenis token yang menyediakan akses untuk layanan atau fungsi tertentu di dalam sebuah rantai blok atau Decentralized Application (dApp). Misalnya token ME di Magic Eden, LINK di Chainlink, UNI di Uniswap.
- Governance Tokens, merupakan sebentuk representasi bagi pengguna dalam tata kelola sebuah layanan atau komunitas. Misalnya token JUP yang menjadi dasar kepemilikan hak suara bagi pengguna/anggota komunitas Jupiter dalam setiap voting yang diadakan oleh pengelola decentralized exchange (DEX) tersebut.Â
- Security Tokens, sesuai namanya berfungsi sebagai bentuk digital dari sebuah aset sekuritas, misalkan saham atau surat utang, sehingga tunduk pada peraturan-peraturan yang mengikat sekuritas. Token jenis ini merepresentasikan kepemilikan atas aset offline yang didigitalisasi tersebut. Contoh pemain di ranah ini adalah POLY (Polymath), sebuah dApps yang memungkinkan tokenisasi aset nyata ke dalam bentuk digital.
- Non-fungible Tokens (NFTs), jenis token yang menjadi representasi sebuah koleksi digital, seperti karya seni atau karya potografi. Pada umumnya token seperti ini tidak dapat dipertukarkan dengan token ataupun koin lain.
Khusus jenis token terakhir, Pudgy Penguins sebagai NFT tersukses di dunia kripto baru saja mengeluarkan token sendiri bernama PENGU. Selain sebagai alat utilitas utama di dalam komunitas, PENGU juga dapat diperjual-belikan secara bebas di DEX seperti Jupiter.
Pendek kata, sebuah token dapat berkembang menjadi lebih inklusif. Dari hanya cakupan satu komunitas, menjadi token yang lebih umum bahkan juga dapat lintas ekosistem.
Malah ada token yang kemudian berubah menjadi koin. Sebutlah BNB atau Binance Coin, di mana dulunya merupakan token ERC-20 di dalam rantai blok Ethereum.
Binance sendiri berkembang sebagai cryptocurrency exchange terbesar sedunia. Ketika perusahaan ini membangun ekosistem sendiri bernama Binance Smart Chain, BNB menjadi koin utama dalam ekosistemnya tersebut.
Kurang-lebih begitulah perbedaan koin dan token dalam dunia kripto sejauh yang saya pahami. Jika ada yang ingin mengoreksi atau memberi tambahan informasi, kolom komentar selalu terbuka.
Talang Datar, 4 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H