SOL hanya dapat dipakai bertransaksi di dalam ekosistem Solana. Demikian halnya dengan ETH dan BTC yang hanya bisa digunakan dalam rantai blok masing-masing.
Jika kita bawa ke kehidupan sehari-hari, koin tak ubahnya mata uang sebuah negara. Di Indonesia ada Rupiah (IDR), di mana ditetapkan oleh Pemerintah bahwa semua transaksi di dalam wilayah negara ini harus dalam IDR.
Kalau misalkan Jay Idzes atau Thom Haye datang kemari membawa Euro, mata uang tersebut tidak bisa mereka belanjakan di Alfamart atau di Holland Bakery sekalipun. Harus ditukarkan terlebih dahulu ke dalam Rupiah.Â
Sebaliknya kalau kita mau pergi ke Malaysia, misalnya, IDR mau sebanyak apapun tidak bernilai di sana. Setelah ditukar menjadi Ringgit Malaysia (RM), barulah bisa dibelanjakan souvenir atau membeli makanan di lapak-lapak streetfood Bukit Bintang.
Demikian halnya sebuah koin dalam dunia kripto. SOL tidak bisa dipakai bertransaksi di ekosistem Ethereum atau Bitcoin dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan sifat penggunaannya, setidaknya koin dapat dibedakan menjadi empat jenis:
- Native Coins, yakni koin asli sebuah blockchain yang berfungsi sebagai mata uang kripto utama dalam ekosistem tersebut. Contohnya SOL di jaringan Solana, ETH di Ethereum, dan BTC di Bitcoin.
- Forked Coins, yakni koin-koin yang yang dibangun secara terpisah, dalam cabang yang berbeda, tetapi masih berada dalam sebuah blockchain yang sama. Misalnya Ethereum Classic (ETC), Bitcoin Cash (BCH), atau Bitcoin SV (BSV).
- Wrapped Coins, secara mudah dapat diartikan sebagai perwakilan koin atau aset digital jaringan tertentu di dalam jaringan lain. Koin jenis ini memungkinkan pengguna mengakses fungsi dan likuiditas lintas ekosistem. Contohnya adalah Wrapped Ether (WETH) dan Wrapped Bitcoin (WBTC).
- Stablecoins, jenis koin yang hampir mirip wrapped coin, cuma bedanya nilainya dilandaskan pada nilai aset lain seperti emas ataupun mata uang fiat. Penciptaannya bertujuan untuk menjaga stabilitas sekaligus mengurangi volatilitas harga dalam perdagangan kripto. Contohnya USD Coin (USDC) dan USD Tether (USDT) yang keduanya dijaga agar selalu bernilai sama dengan dolar AS.
Token dan Jenis-jenisnya
Sekarang kita masuk ke token. Seperti sudah disinggung di atas, aset digital satu ini memang seperti koin tetapi bedanya bukanlah mata uang utama dalam sebuah blockchain dan memiliki fungsi serta peran berbeda bagi aktivitas dunia kripto.
Jika koin hanya dapat dipergunakan dalam blockchain aslinya, maka token bisa lebih luwes melintas ke berbagai ekosistem. Dengan demikian, pemilik dapat mentransfer sebuah token dari jaringan satu ke jaringan lain dalam bentuk aslinya tanpa harus ditukar terlebih dahulu ke satuan lain.
Lalu kalau koin berfungsi sebagai mata uang, unit nilai dan penjaga keamanan sebuah ekosistem, token memiliki fungsi lebih beragam. Di antaranya sebagai andil atau bagian kepemilikan dari sesuatu, sebagai alat utilitas, representasi hak suara dalam sebuah komunitas, serta masih banyak lagi.
Namun tidak seperti koin yang berlaku di seluruh aktivitas dalam ekosistem, penggunaan token lebih spesifik. Kita hanya bisa mempergunakan sebuah token di tempat mana token itu diterima. Biasanya di aplikasi atau layanan di mana token tersebut dijadikan sebagai nilai tukar.
Sekalipun sama-sama berjalan di blockchain yang sama, Solana misalnya, satu layanan atau aplikasi tidak menerima token yang dibuat oleh layanan atau aplikasi lain. Jadi, tokennya harus ditukar terlebih dahulu ke dalam SOL atau stablecoin seperti USDC.