Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Menyelami Dunia Kripto

30 Desember 2024   20:21 Diperbarui: 30 Desember 2024   20:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IIlustrasi pergerakan harga koin kripto dalam sebuah perpetual trading. (Gambar dibuat dengan DALL-E)

Usia sudah kepala empat dan baru belajar tentang cryptocurrency, apa tidak terlalu terlambat? Jika ada yang bertanya demikian, saya akan mengutip sebuah ujar-ujar Arab favorit sebagai jawaban: belajarlah mulai dari ayunan hingga ke liang lahat.

 

Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi, demikian bunyi redaksi ujar-ujar Arab tersebut. Sebuah pesan agar kita tak pernah berhenti belajar sepanjang hayat dikandung badan. Terlebih jika itu dapat meningkatkan kualitas hidup, entah secara materil maupun imateril.

Termasuklah perkara dunia kripto, yang sebetulnya sudah saya ketahui sejak booming Bitcoin menjadi topik pemberitaan sekitar 10 tahun lalu. Namun masa itu saya masih belum tertarik dan bahkan cenderung skeptis, tipikal kebanyakan dari kita setiap kali mendengar sesuatu hal baru.

Alih-alih mendalami kripto, saya justru memilih belajar tentang saham. Saya ikuti Sekolah Pasar Modal yang diadakan oleh Galeri Bursa Efek Indonesia cabang Semarang, lalu mulai nyemplung ke dunia investasi sembari trading.

Aset saya selalu bertumbuh sejak membeli saham pertama usai mengikuti SPM di Galeri BEI Semarang. Persentasenya tidak bisa dibilang kecil bagi seorang pemula yang belajar otodidak berbekal Google, tak pernah sekalipun mengikuti seminar atau masuk grup berbayar.

Namun ada satu hal yang selalu menjadi ganjalan saya setiap kali trading saham. Jika harga sahamnya naik dan kemudian saya jual, rasa senangnya bercampur penyesalan.

Kenapa? Karena saya musti melepas saham perusahaan yang sudah saya riset baik-baik, sampai harus begadang beberapa malam untuk menggali informasi dan membuat tabel-tabel perbandingan. Mau membeli lagi, harganya sudah melonjak sangat tinggi.

Misalnya saham TMAS yang masih menjadi penyesalan terbesar saya selama ini. Di rentang akhir 2019 hingga pertengahan 2020, saya rutin mencicil di harga kisaran Rp100 - Rp110 sampai terkumpullah sekian ratus lot.

Tahu berapa harganya sekarang? Rp138. Harus dicatat itu harga setelah stock split pada Mei 2023 dengan rasio 1:10. Maknanya, harga sebelum stock split adalah Rp13.800.

Dari Rp100-an menjadi Rp13.000-an, berapa seharusnya profit yang bisa saya kantongi jika terus menyimpan saham TMAS sejak 2019? Sayangnya, begitu merasa sudah mendapat untung jumbo, saya lantas menjualnya dan ternyata harganya terus naik dan naik.

Investasi di Saham, Trading-nya di Kripto

Dari pengalaman ini timbul kesimpulan, bagi saya saham lebih sebagai cocok sebagai instrumen investasi jangka panjang. Terlebih karena saya tipe orang hanya mau membeli saham-saham perusahaan berfundamental baik dan tak pernah melirik saham gorengan.

Nah, untuk mengembangkan dana alias trading, menurut saya bursa kripto adalah wahana lebih tepat. Pertama dan terutama karena koin kripto adalah aset digital yang tak terkait dengan apapun di dunia nyata.

Tidak seperti saham yang adalah bukti kepemilikan sebuah perusahaan, koin kripto hanyalah bita-bita digital yang akan tetap selamanya tinggal di dalam jaringan internet global. Baru akan menjadi benda nyata ketika dijual dan uang fiat hasil penjualannya kita tarik dari ATM.

Menjual koin atau token kripto yang harganya sudah melonjak ribuan persen pun bagi saya tidak akan menimbulkan penyesalan. Karena masih banyak koin atau token kripto lain yang menawarkan peluang sama bagus dan itu terus saja bermunculan dari waktu ke waktu.

Ketinggalan Bitcoin yang sekarang sudah bernilai Rp 1,5 miliar, misalnya, masih ada Solana yang harganya masih di kisaran Rp 3 jutaan. Atau bisa juga menabung koin-token second layer seperti Arbitrum dan Polygon, bahkan fokus di meme coin sebagai bahan trading.

Menjual PEPE yang sudah naik 100%, misalnya, mengapa harus menyesal jika itu berarti modal kita melonjak dua kali lipat? Selanjutnya tinggal cari meme coin potensial lain yang jumlahnya tidak akan pernah habis. Apalagi membuat token di Pump.fun semudah menekan mouse. 

Tidak seperti saham PT Temas, Tbk. di mana sampai sekarang saya masih belum menemukan perusahaan potensial sejenis dengan harga seperti saat TMAS masih dibanderol Rp100-an selembar. Perusahaan pelayaran yang bagus memang ada beberapa di bursa saham, tetapi yang seperti TMAS di periode akhir 2019 hingga medio 2020 sejauh ini belum ada.

Jadi, pemikiran saya sekarang sedikit berubah. Jika tadinya trading dan investasi sama-sama memakai instrumen saham, mulai sekarang investasi tetap di saham tetapi trading-nya di bursa kripto.

Kembangkan Dana untuk Investasi

Satu hal yang menurut saya musti dicatat, aset kita sebenar-benarnya adalah uang fiat yang dijadikan modal untuk trading kripto. Karena itulah yang masih menjadi alat tukar utama dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih-lebih saya tinggal di desa transmigrasi yang kenalnya hanya Rupiah. Mau kulakan durian satu pick up seharga Rp 1,5 juta, misalnya, mana mau penjualnya dibayar pakai setengah Solana. Yang dia mau hanyalah 150 lembar uang pecahan Rp100.000 atau 300 lembar uang pecahan Rp50.000 atau gabungan keduanya.

Jadi, tujuan trading kripto bagi saya adalah untuk mengembangkan modal yang disetorkan ke platform agar menjadi berkali-kali lipat banyaknya. Koin dan token boleh berganti-ganti, demikian pula media exchange yang dipakai, terpenting pada akhirnya modal awal tadi berkembang dan terus berlipat ganda.

Dari modal Rp 1 juta, misalnya, bagaimana caranya agar dalam setahun menjadi Rp 10 juta bahkan kalau bisa lebih banyak lagi. Koin dan tokennya boleh apa saja, mau pakai Jupiter atau Tokocrypto terserah, yang penting saldo di Phantom atau Metamask atau dompet digital lainnya terus berkembang biak.

Demikian pula strategi yang dipakai, boleh pakai apa saja yang terpenting menghasilkan keuntungan. Mau perpetuals trading setiap hari, pakai metoda swap memanfaatkan naik-turunnya harga, maupun mencicil koin-token murah yang dirasa potensial seperti DOGE dan menyimpannya sampai harganya melonjak, semuanya sah-sah saja.

Lalu yang tak kalah penting adalah alokasi hasil keuntungan. Jangan semuanya dilipat menjadi modal trading, tetapi jangan pula seluruhnya disimpan dalam bentuk koin-token yang dalam jangka panjang menjanjikan profit maksimal.

Sama halnya dalam dunia saham, setiap profit yang dihasilkan musti dialokasikan dengan persentase tertentu. Misalnya, 50% untuk diputar kembali sebagai tambahan modal trading, 30% untuk disimpan dalam koin-koin utama seperti Solana, lalu sisanya yang 20% biarkan mengendap di saldo yang sewaktu-waktu dapat ditarik ke dalam uang fiat.

Saya pribadi berencana menyisihkan sebagian keuntungan profit trading kripto untuk mencicil saham favorit, misalnya BJTM atau POWR. Dengan demikian tujuan trading kripto murni untuk mengembangkan dana yang pada akhirnya semua ditanamkan dalam bentuk saham perusahaan-perusahaan bagus.

Kenapa begitu?

Karena memegang saham menawarkan keuntungan sampingan berupa dividen, sesuatu yang tidak didapat jika memegang koin-token kripto. Saham BJTM, misalnya, rutin membagi dividen dengan yield kisaran 7% per tahun.

Berinvestasi Rp 100 juta, misalnya setiap tahun mendapat transferan uang segar Rp 7 juta dari Bank Jatim. Lumayan, bukan?

Sedangkan mengenai potensi kenaikan harga, saham juga punya peluang itu. Ingat bagaimana TMAS tadi melonjak dari Rp100-an ke Rp13.000-an dalam tempo 4 tahun. Lalu PANI mengalami kenaikan 218,41% year to date. Dari seharga Rp5.025 pada 2 Januari 2024, menjadi Rp16.000 per 30 Desember 2024.

Mengenai persentase alokasinya belum saya tetapkan. Namun target saya tidak muluk-muluk, yaitu mengumpulkan saham yang kelak total dividennya cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

Talang Datar, 30 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun