Jadi, tujuan trading kripto bagi saya adalah untuk mengembangkan modal yang disetorkan ke platform agar menjadi berkali-kali lipat banyaknya. Koin dan token boleh berganti-ganti, demikian pula media exchange yang dipakai, terpenting pada akhirnya modal awal tadi berkembang dan terus berlipat ganda.
Dari modal Rp 1 juta, misalnya, bagaimana caranya agar dalam setahun menjadi Rp 10 juta bahkan kalau bisa lebih banyak lagi. Koin dan tokennya boleh apa saja, mau pakai Jupiter atau Tokocrypto terserah, yang penting saldo di Phantom atau Metamask atau dompet digital lainnya terus berkembang biak.
Demikian pula strategi yang dipakai, boleh pakai apa saja yang terpenting menghasilkan keuntungan. Mau perpetuals trading setiap hari, pakai metoda swap memanfaatkan naik-turunnya harga, maupun mencicil koin-token murah yang dirasa potensial seperti DOGE dan menyimpannya sampai harganya melonjak, semuanya sah-sah saja.
Lalu yang tak kalah penting adalah alokasi hasil keuntungan. Jangan semuanya dilipat menjadi modal trading, tetapi jangan pula seluruhnya disimpan dalam bentuk koin-token yang dalam jangka panjang menjanjikan profit maksimal.
Sama halnya dalam dunia saham, setiap profit yang dihasilkan musti dialokasikan dengan persentase tertentu. Misalnya, 50% untuk diputar kembali sebagai tambahan modal trading, 30% untuk disimpan dalam koin-koin utama seperti Solana, lalu sisanya yang 20% biarkan mengendap di saldo yang sewaktu-waktu dapat ditarik ke dalam uang fiat.
Saya pribadi berencana menyisihkan sebagian keuntungan profit trading kripto untuk mencicil saham favorit, misalnya BJTM atau POWR. Dengan demikian tujuan trading kripto murni untuk mengembangkan dana yang pada akhirnya semua ditanamkan dalam bentuk saham perusahaan-perusahaan bagus.
Kenapa begitu?
Karena memegang saham menawarkan keuntungan sampingan berupa dividen, sesuatu yang tidak didapat jika memegang koin-token kripto. Saham BJTM, misalnya, rutin membagi dividen dengan yield kisaran 7% per tahun.
Berinvestasi Rp 100 juta, misalnya setiap tahun mendapat transferan uang segar Rp 7 juta dari Bank Jatim. Lumayan, bukan?
Sedangkan mengenai potensi kenaikan harga, saham juga punya peluang itu. Ingat bagaimana TMAS tadi melonjak dari Rp100-an ke Rp13.000-an dalam tempo 4 tahun. Lalu PANI mengalami kenaikan 218,41% year to date. Dari seharga Rp5.025 pada 2 Januari 2024, menjadi Rp16.000 per 30 Desember 2024.
Mengenai persentase alokasinya belum saya tetapkan. Namun target saya tidak muluk-muluk, yaitu mengumpulkan saham yang kelak total dividennya cukup untuk biaya hidup sehari-hari.