Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Aston Villa Meniti Jalan Kembali ke Level Elite Eropa

25 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 25 Oktober 2024   10:15 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Aston Villa merayakan gol ke gawang Bologna di matchday ketiga Liga Champions Eropa di Villa Park, 22/10/2024. (AFP via Getty Images)

Keadaan ini membuat pebisnis Amerika Serikat yang menjadi owner baru sejak September 2006, Randy Lerner, memilih menjual Villa. Namun hingga bertahun-tahun kemudian tak kunjung ada peminat, sehingga kondisi finansial klub semakin buruk.

Keringnya kas klub memengaruhi performa tim di atas lapangan. The Villans mencatatkan rekor gol terburuk Premier League kala hanya mencetak 12 gol dalam 25 pertandingan musim 2014-15. Musim itu pula mereka nyaris terdegradasi. 

Beruntung Villa selamat berkat tangan dingin Tim Sherwood yang masuk menggantikan Paul Lamber pada Februari 2015. Malah di tengah kondisi sulit itu Sherwood berhasil membawa pasukannya ke final Piala FA.

Untuk menambal sulam keuangan klub, Villa menjual dua pemain bintang mereka pada bursa musim panas 2015. Striker Christian Benteke dilego ke Liverpool, sedangkan kapten tim Fabian Delph sampai dipaksa pindah ke Manchester City.

Namun keadaan tak membaik. Bulan madu Villa bersama Sherwood juga tidak berlangsung lama. Mantan bintang Blackburn Rovers tersebut dipecat setelah tim asuhannya kalah enam kali berturut-turut pada musim berikutnya.

Malang tak dapat ditolak. Remi Garde yang menjadi pengganti Sherwood justru menorehkan rekor lebih buruk bagi Villa: tak pernah menang dalam 19 laga beruntun.

Villa pada akhirnya terdepak juga dari Premier League pada akhir musim 2015-16. Kiprah mereka di kasta teratas sepak bola Inggris selama 29 tahun berturut-turut pun berakhir.

Tiga Musim Mengejar Promosi

Pembeli yang ditunggu-tunggu Randy Lerner akhirnya datang juga pada Juni 2016. Adalah pebisnis Tiongkok bernama Tony Xia yang mau mengucurkan uang sebanyak 76 juta pound untuk mengakuisisi Villa yang tengah berdarah-darah.

Tuan Xia bergerak cepat. Demi mengembalikan Villa ke Premier League dalam tempo sesingkat-singkatnya, sang milyarder mengontrak salah satu manajer terbaik Eropa masa itu: Roberto Di Matteo.

Rekam jejak Di Matteo terhitung mentereng di sepak bola Inggris. Ia membawa West Bromwich Albion promosi langsung ke Premier League usai menjadi runner-up Championship 2009-10.

Dua tahun berselang, Di Matteo meraih double winner bersama Chelsea. Bukan sembarang gelar ganda karena pria Italia kelahiran Swiss tersebut mengawinkan Piala FA dengan trofi Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun