Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sederet Pelajaran Berharga dari Kandang Bahrain

11 Oktober 2024   13:45 Diperbarui: 11 Oktober 2024   14:50 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawaban yang disampaikan melalui penerjemah tersebut agaknya tak memuaskan penanya. Karena itulah ia mengejar penjelasan lebih lanjut, tetapi yang didapat hanyalah sebuah pengulangan.

Bagi saya pribadi, hal ini sungguh sangat disayangkan. Apa yang dipertanyakan jurnalis Bahrain tersebut selayaknya menjadi perhatian bagi timnas. Bahwa siapapun lawan yang bakal dihadapi, tunjukkanlah sikap serius.

Para pemain naturalisasi yang berbasis di Eropa seharusnya paham bahwa sebagai pemain mereka musti menghormati semua lawan. Jangan sampai ada sikap overconfidence, apalagi jika itu dikarenakan merasa berasal dari lingkungan sepak bola yang lebih maju.

Benar, suasana santai dalam latihan memang diperlukan. Namun sebaiknya momen-momen bercanda disimpan untuk konsumsi sendiri saja, sedangkan yang diunggah ke media sosial hanyalah saat-saat para pemain tengah serius berlatih.

Jangan dibalik, saat latihan tampak sangat santai dan tertawa-tawa. Namun ketika bertanding kelihatan tegang minta ampun, sampai-sampai selama setengah jam pertama sama sekali tak terlihat pola permainannya.

Belajar Introspeksi Diri

Satu kebiasaan buruk Shin Tae-yong setiap kali timnya meraih hasil negatif adalah selalu menuding pihak lain sebagai penyebab. Tak pernah ada penjelasan dari sisi teknis, melainkan selalunya menyalahkan faktor-faktor lain.

Ketika dikalahkan Irak di Basra pada matchday pertama Putaran Kedua, 16 November 2023, STY berdalih para pemain kelelahan karena baru saja menempuh perjalanan jauh. Lalu ketika hanya bisa bermain imbang di kandang Filipina sepekan berselang, yang dijadikan alasan anak-anak asuhannya tidak terbiasa bermain di lapangan sintetis.

Lalu malam tadi, yang dijadikan kambing hitam adalah wasit Ahmed Al-Kaf. Dalam sesi konferensi pers pascapertandingan, STY terang-terangan menyebut wasit asal Oman tersebut memalukan dan banyak keputusannya yang tidak tepat.

Ketika menyaksikan itu, memori saya seketika kembali ke momen sama setelah Indonesia dikalahkan Irak pada partai pembuka fase grup Piala Asia 2023, Januari lalu. Ketika itu Coach Shin juga menyalahkan wasit yang, menurutnya, membuyarkan fokus para pemainnya karena mengesahkan gol kedua Irak yang seharusnya offside.

Sikap menyalahkan pihak lain seperti yang dicontohkan STY ini rupanya menular. Lihat saja respons para pemain seusai pertandingan, juga bagaimana netizen Indonesia memberi komentar di media sosial.

Tidak sedikit netizen kita yang berprasangka buruk pada AFC karena Sheikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa, Presiden AFC saat ini, berasal dari Bahrain. Kesimpulan yang berkembang, konfederasi sepak bola Asia tersebut sengaja menugaskan wasit Al-Kaf yang sesama orang Arab agar menguntungkan tuan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun