UNGGAHAN Peter F. Gontha berkembang menjadi perdebatan liar. Pecah perang opini antara pihak yang pro vs kontra naturalisasi pemain. Sayangnya, ternyata dalam menyampaikan pendapatnya masih banyak sekali yang kesulitan membedakan antara naturalisasi, keturunan dan diaspora.
Sedikit mengilas balik, Peter yang adalah mantan duta besar Indonesia untuk Polandia mengkritisi dominasi pemain naturalisasi dalam skuat timnas. Bahkan ia mengaku malu, sekalipun dua hasil mengejutkan dipetik Tim Garuda dari Arab Saudi dan Australia.
Tak lama kemudian, pendapat senada diucapkan Rocky Gerung di kanal YouTube pribadi. Dengan gayanya yang khas, dosennya Dian Sastro ini berkata bahwa program naturalisasi pemain yang dilakukan PSSI adalah "penipuan terhadap sensasi".
Fans timnas dan terutama pendukung garis keras kebijakan naturalisasi sontak memberi reaksi keras. Di Kompasiana saja, entah sudah berapa penulis langganan rubrik sepak bola yang membahas dan menanggapi pendapat Peter dan juga Rocky.
Lalu ketika kemudian terjadi aksi pemukulan wasit oleh pemain tim sepak bola Sulawesi Tengah di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) di Aceh, Sabtu (14/9/2024) malam lalu, mereka seperti mendapat tambahan bahan bakar untuk memojokkan Peter, Rocky dan orang-orang yang menurut mereka antinaturalisasi.
Ada pula yang mengungkit kekalahan memalukan Indonesia dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014. Menjadikannya sebagai dasar argumen kalau tanpa naturalisasi pemain, Indonesia melawan Bahrain saja bakal kerepotan. Padahal dalam tim ketika itu ada Diego Michiels, juga Irfan Barchdim.
Lalu yang paling sering adalah menjadikan Prancis, Jerman, Inggris dan juga Spanyol sebagai perbandingan. Yang mereka maksudkan tentu saja deretan pemain berkulit (maaf) hitam dalam timnas negara-negara tersebut.
Tulisan-tulisan mereka sangat baik. Cuma, sayangnya, dalam banyak hal masih melihat kepingan-kepingan isu dalam tema besar naturalisasi pemain secara parsial. Juga terlalu hitam-putih, sampai-sampai tidak bisa menerima pendapat berbeda di kolom komentar.
Ah, jangankan soal itu. Bahkan di tataran dasar saja mereka-mereka ini masih rancu. Misalnya, masih gagap membedakan antara naturalisasi, keturunan dan diaspora.
Diaspora atau Naturalisasi?
Satu contoh, belum lama ini ada Kompasianer yang menuliskan bahwa Shin Tae-yong menurunkan "9 pemain diaspora" sebagai starter dalam pertandingan melawan Arab Saudi dan Australia. Padahal, ketika melawan Australia jumlah pemain diaspora dalam starting line-up malah ada 10 orang.