Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Jurus Bahrain Meredam Australia

10 September 2024   12:36 Diperbarui: 10 September 2024   22:32 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas Indonesia, Justin Hubner berebut bola dengan pemain timnas Australia, Keanu Baccus, dalam laga babak 16 besar Piala Asia 2023. | ANTARAFOTO/Yusran Uccang via Kompas.com

Para pemain Bahrain juga tampak sengaja membuat pemain lawan terkesan melakukan pelanggaran, sehingga mereka mendapatkan keuntungan. Baik berupa tendangan bebas maupun hukuman kartu, salah satunya kartu merah bagi Kusini Yengi pada menit ke-77.

Menariknya, dari 17 pelanggaran yang mereka lakukan, para pemain Bahrain hanya mendapatkan 2 kartu kuning. Justru Australia yang dihadiahi kartu lebih banyak oleh wasit.

Ini membuktikan aksi provokatif yang dilancarkan Bahrain sukses besar. Keuntungan yang lantas mereka kapitulasi menjadi sebuah kemenangan berharga di kandang lawan.

Poin ketiga, penggawa Bahrain bermain efektif. Mereka tidak tampil dominan sepanjang 90 menit, tetapi begitu mendapatkan bola langsung menekan dan memberi ancaman serius ke gawang Australia.

Lihat saja statistiknya. Bahrain lebih sedikit menguasai bola (28% dari total ball possession) dan hanya melakukan 210 operan alias separuh dari jumlah yang dibukukan Australia. Itupun persentase akurasinya cuma 60%.

Gabungan semua itu menghasilkan jumlah serangan yang tidak terlalu banyak. Hanya berujung tiga tembakan, di mana cuma sebuah saja yang yang tepat sasaran. Namun demikian percobaan yang sedikit itu berujung satu gol penentu kemenangan.

Seolah ingin mengingatkan kita pada kemenangan Indonesia atas Australia di Jakarta 43 tahun lalu, gol tunggal Bahrain tercipta pada menit ke-89. Hanya selisih semenit dari gol Risdianto di tahun 1981.

Mampukah Mengulang Kemenangan?

Kita beruntung sekali, dari tiga poin di atas Shin Tae-yong sangat menguasai salah satunya. Ya, poin pertama alias pertahanan solid.

Membangun tim yang bertumpu pada kemampuan bertahan total adalah strategi andalan Shin Tae-yong selama ini. Baik kala menangani Korea Selatan di Piala Dunia 2018 maupun setelah didapuk melatih Indonesia, pertahanan solid adalah prioritas sang pelatih.

Ini juga tercermin dari preferensi STY saat memilih pemain keturunan untuk dinaturalisasi. Hitung saja sendiri, berapa jumlah pemain bertipe bertahan dibandingkan dengan pemain-pemain yang bernaluri menyerang.

Ketika menyusun starting line-up pun, Coach Shin lebih sering--kalau tidak mau dibilang selalu--hanya menurunkan seorang penyerang murni. Skemanya antara 3-4-3, yang sesungguhnya adalah 3-4-2-1, atau 5-4-1 seperti kala menantang Arab Saudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun