Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pratama Arhan, Bung Towel dan Kedewasaan Suporter Kita

5 Februari 2024   23:11 Diperbarui: 5 Februari 2024   23:43 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itu juga langsung terlontar di kepala saya ketika melihat keramaian jagat media sosial. Malah muncul pertanyaan kedua, sejak kapan pesepakbola tidak boleh menunjukkan pilihan politik?

Toh, sebagaimana kita semua, Arhan adalah warga negara Indonesia merdeka yang punya hak politik. Maka, ia berhak untuk menentukan pilihan, baik partai politik maupun paslon yang didukung dalam Pemilu nanti.

Sama halnya kita semua juga, Arhan punya hak menunjukkan dukungannya tersebut. Dan saya yakin dia sudah tahu risiko yang bakal dihadapi atas sokongan terang-terangan yang diperlihatkan itu.

Garis bawahi frasa "berhak menunjukkan dukungan" yang saya pakai di atas. Mau menunjukkan atau tidak, itu sepenuhnya merupakan hak Arhan.

Okelah, mungkin memang lebih bijaksana jika Arhan tidak menunjukkan preferensi politiknya di muka umum. Namun sama sekali tidak ada yang salah ketika dia memilih untuk menampakkannya ke publik.

Ketika kemudian Arhan memilih memperlihatkan keberpihakannya secara terang-terangan, yang semestinya kita lakukan adalah menghargai pilihan tersebut. Baik pilihannya untuk mendukung paslon tertentu maupun keputusannya untuk terang-terangan.

Belum Dewasa

Yang jadi sumber masalah sehingga perkara ini gaduh, dalam hemat saya, adalah belum dewasanya sebagian besar netizen dan suporter sepakbola dalam menyikapi setiap perbedaan. Entah itu perbedaan pilihan politik maupun perbedaan pendapat.

Sikap seperti inilah yang kerap memicu perdebatan tidak perlu setiap kali membahas sesuatu. Yang selalu membuat jagat media sosial ramai oleh hal-hal yang sebetulnya tak penting.

Sebelum penampakan Arhan di kubu Prabowo-Gibran, netizen suporter sepakbola sudah terbelah akibat pro-kontra Shin Tae-yong. Terbaru, sempat terjadi perdebatan seru antara pendukung perpanjangan kontrak dan pihak yang menginginkan STY dipecat.

Perbedaan pendapat seperti ini bukanlah masalah. Justru satu hal bagus yang semestinya lebih dibiasakan dalam masyarakat kita.

Sayangnya, ketika kemudian saling beradu pendapat, kebanyakan dari kita masih kesulitan mengemukakan argumentasi dengan baik, benar sekaligus beradab. Alih-alih, yang biasa terjadi adalah saling caci-maki dan menyerang pribadi lawan bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun