Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liga 3, Kompetisi Resmi Federasi Rasa Tarkam

18 Desember 2023   18:22 Diperbarui: 24 Desember 2023   13:30 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini hanya Liga 3 Papua, Maluku, dan Jambi (tahun-tahun sebelum 2023)  yang memakai sistem kompetisi penuh. Di mana seluruh tim saling bertanding dan pemenangnya adalah yang mengoleksi poin tertinggi di klasemen akhir.

Inilah Liga 3 Regional yang benar-benar layak disebut sebagai liga secara sistem kompetisi. Namun tetap saja Liga 3 Papua, Maluku dan Jambi memiliki kekurangan sebagaimana kebanyakan Liga 3 Regional lainnya di Indonesia.

Apa itu? Peserta yang tak pernah sama di setiap musim, baik dari segi jumlah maupun tim-tim yang berkompetisi di dalamnya.

Di luar faktor promosi-degradasi ke/dari Liga 2, perubahan tersebut lebih disebabkan sistem kompetisi yang tidak berkelanjutan dari tahun ke tahun. Di kebanyakan Liga 3 Regional, setiap musim lebih mirip turnamen tahunan alih-alih liga yang terus berkesinambungan.

Misalnya Liga 3 Papua yang tahun ini diikuti 10 tim, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 7 tim. Ini terjadi bukan karena terjadi penambahan peserta, tetapi semata-mata disebabkan tim yang mendaftar lebih banyak.

Tiga tim yang tahun lalu berpartisipasi (Persintan Intan Jaya, PS Embun Supiori dan Persidafon Dafonsoro), memilih tidak ikut serta tahun ini. Namun sebagai ganti justru masuk enam kontestan anyar: Persido Dogiyai, Biak United, Persiker Keerom, Persiyali Yalimo, Persemi Mimika, dan Persiweja Kasoniweja.

Dengan demikian hanya empat tim yang dalam dua tahun terakhir konsisten meramaikan Liga 3 Papua. Keempat tim tersebut adalah Waanal Brothers FC, Persipani Paniai, Persinab Nabire dan Toli FC.

Di Liga 3 Jateng setali tiga uang. Tahun lalu diramaikan oleh 39 peserta, tetapi tahun ini hanya diikuti 23 tim. Hal sama juga terjadi di Liga 3 Jatim yang mengalami penyusutan peserta dari 58 menjadi 53 tim.

Berkurangnya jumlah kontestan ini bukan karena ada sistem promosi-degradasi, melainkan pendaftar tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu. Macam-macam alasan yang tidak ikut, tetapi kebanyakan memakai dalih persoalan finansial.

Lihat, bukankah yang seperti ini biasa terjadi di turnamen tarkam? Di mana tim yang pada tujuhbelasan tahun lalu ikut, tahun ini boleh absen. Demikian sebaliknya.

Faktor Pemain dan Suporter

Satu hal lagi yang membuat Liga 3 serupa tarkam adalah faktor pemain dan suporter. Sikap dan perilaku mereka sering kali di luar nalar, jauh dari aksi-aksi yang menjunjung tinggi sportivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun