Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Luxembourg di Ambang Sejarah Baru

15 Oktober 2023   22:34 Diperbarui: 26 November 2023   21:37 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perempatfinal, Luxembourg berhadapan dengan Denmark yang sebelumnya mengalahkan Albania lima gol tanpa balas. Partai leg pertama berlangsung di Stade Municipal, 4 Desember 1963.

Luxembourg mengawali pertandingan tersebut dengan baik, di mana Louis Pilot sudah mencetak gol pada menit pertama. Namun setelahnya laga berjalan ketat dan berakhir imbang 3-3.

Leg kedua di Idraetsparken, Kopenhagen, enam hari berselang juga berkesudahan sama kuat. Kali ini skornya 2-2, dengan Luxembourg menyamakan kedudukan di menit ke-85.

Karena pada masa itu belum ada aturan mengenai keunggulan gol tandang dan juga babak ekstra 2x15 menit, maka skor agregat 5-5 mengharuskan kedua tim bertanding ulang di tempat netral untuk menentukan pemenang. Dipilihlah Olympisch Stadion di Amsterdam, tempat di mana Luxembourg menahan imbang Belanda pada putaran sebelumnya.

Namun Dewi Keberuntungan tidak berpihak pada Luxembourg kali itu. Mereka harus mengakui kekalahan dari Denmark dengan skor tipis 0-1.

Langganan Juru Kunci

Setelahnya, perjuangan Luxembourg belum juga membuahkan hasil. Bahkan hingga jumlah kontestan putaran final Euro bertambah menjadi 24 sejak edisi 2016.

Pada Kualifikasi edisi 1968, 1972 dan 1976, Luxembourg selalu menjadi juru kunci klasemen akhir grup. Lebih buruk dari itu, The Red Lions kalah 16 kali dari total 18 pertandingan. Dua sisanya berakhir seri.

Mulai edisi 1980, kontestan putaran final Euro bertambah dua kali lipat menjadi 8 tim. Namun tetap saja Luxembourg gagal lolos karena, lagi-lagi, hanya bisa meraih sekali hasil imbang dari 6 laga kualifikasi.

Catatan persis sama terulang di Kualifikasi Euro 1984, 1988 dan 1992. Lalu setelah itu UEFA kembali menambah kuota kontestan putaran final dari 8 menjadi 16.

Di Kualifikasi Euro 1996, Luxembourg membuat kejutan dengan mengalahkan Cekoslowakia. Ditambah dua kemenangan atas Malta dan sekali imbang lawan Belarusia, D'Roud Leiwen mencatatkan perolehan poin tertinggi semenjak fase kualifikasi menggunakan sistem grup.

Tiga edisi setelahnya, Luxembourg kembali ke habitat asli sebagai penunggu posisi buncit klasemen akhir grup. Dengan hasil maksimal seri dan selisih memasukkan-kemasukan yang sangat jomplang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun