Di perempatfinal, Luxembourg berhadapan dengan Denmark yang sebelumnya mengalahkan Albania lima gol tanpa balas. Partai leg pertama berlangsung di Stade Municipal, 4 Desember 1963.
Luxembourg mengawali pertandingan tersebut dengan baik, di mana Louis Pilot sudah mencetak gol pada menit pertama. Namun setelahnya laga berjalan ketat dan berakhir imbang 3-3.
Leg kedua di Idraetsparken, Kopenhagen, enam hari berselang juga berkesudahan sama kuat. Kali ini skornya 2-2, dengan Luxembourg menyamakan kedudukan di menit ke-85.
Karena pada masa itu belum ada aturan mengenai keunggulan gol tandang dan juga babak ekstra 2x15 menit, maka skor agregat 5-5 mengharuskan kedua tim bertanding ulang di tempat netral untuk menentukan pemenang. Dipilihlah Olympisch Stadion di Amsterdam, tempat di mana Luxembourg menahan imbang Belanda pada putaran sebelumnya.
Namun Dewi Keberuntungan tidak berpihak pada Luxembourg kali itu. Mereka harus mengakui kekalahan dari Denmark dengan skor tipis 0-1.
Langganan Juru Kunci
Setelahnya, perjuangan Luxembourg belum juga membuahkan hasil. Bahkan hingga jumlah kontestan putaran final Euro bertambah menjadi 24 sejak edisi 2016.
Pada Kualifikasi edisi 1968, 1972 dan 1976, Luxembourg selalu menjadi juru kunci klasemen akhir grup. Lebih buruk dari itu, The Red Lions kalah 16 kali dari total 18 pertandingan. Dua sisanya berakhir seri.
Mulai edisi 1980, kontestan putaran final Euro bertambah dua kali lipat menjadi 8 tim. Namun tetap saja Luxembourg gagal lolos karena, lagi-lagi, hanya bisa meraih sekali hasil imbang dari 6 laga kualifikasi.
Catatan persis sama terulang di Kualifikasi Euro 1984, 1988 dan 1992. Lalu setelah itu UEFA kembali menambah kuota kontestan putaran final dari 8 menjadi 16.
Di Kualifikasi Euro 1996, Luxembourg membuat kejutan dengan mengalahkan Cekoslowakia. Ditambah dua kemenangan atas Malta dan sekali imbang lawan Belarusia, D'Roud Leiwen mencatatkan perolehan poin tertinggi semenjak fase kualifikasi menggunakan sistem grup.
Tiga edisi setelahnya, Luxembourg kembali ke habitat asli sebagai penunggu posisi buncit klasemen akhir grup. Dengan hasil maksimal seri dan selisih memasukkan-kemasukan yang sangat jomplang.