Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Asia Ketiga dari Shin Tae-yong

13 September 2023   00:00 Diperbarui: 13 September 2023   00:03 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: Ricardo/JPNN.com

SEJARAH baru tercipta bagi Indonesia. Kemenangan 2-0 atas Turkmenistan di Stadion Manahan, Surakarta, Selasa (12/9/2023) malam WIB, mengantarkan Garuda Muda ke Piala Asia U-23 untuk kali pertama.

Berkat hasil positif melawan Turkmenistan tersebut, Indonesia U-23 keluar sebagai juara Grup K dalam fase kualifikasi. Satu tiket lolos langsung ke putaran final di Qatar tahun depan pun berada dalam genggaman.

Keberhasilan ini menempatkan Shin Tae-yong sebagai pengukir sejarah baru. Pria Korea Selatan tersebut merupakan pelatih Indonesia pertama yang sukses menembus Piala Asia U-23.

Sejak kompetisi kelompok umur ini digelar pada 2014, sebagai AFC U-22 Championship, memang belum pernah sekalipun Indonesia menembus putaran final. Selalunya mentok di fase kualifikasi.

Padahal dalam sekian kesempatan itu Indonesia dua kali menjadi tuan rumah fase kualifikasi. Sekali di Pekanbaru pada perhelatan perdana (2013), sekali lagi di Jakarta (2015).

Namun tetap saja keuntungan tersebut tak banyak membantu Indonesia dalam meraih tiket lolos. Pencapaian terbaik adalah ketika menduduki peringkat kedua Grup H di tahun 2015, tetapi kalah produktivitas gol dari runner-up grup lain.

Kini, setelah enam kali mencoba dan tiga kali menjadi tuan rumah babak kualifikasi, akhirnya Indonesia berhasil memecah rekor. Garuda Muda menunjukkan diri mereka sudah sejajar dengan tim-tim U-23 top lainnya di Asia.

Piala Asia Ketiga STY

Dengan pencapaian ini, sudah tiga kali Shin Tae-yong membawa Indonesia ke putaran final Piala Asia. Pencapaian yang layak mendapatkan apresiasi, sekalipun belum ada prestasi lebih yang dihadirkan.

Sebelum ini, Anda tentu sudah tahu, Coach Shin telah meloloskan tim Indonesia U-20 ke Piala Asia U-20 edisi 2023 dan timnas senior ke Piala Asia 2023. Cara STY mengantarkan kedua tim tersebut juga mengesankan.

Sama seperti Indonesia U-23 malam ini, Indonesia U-20 keluar sebagai juara grup di fase kualifikasi. Keberhasilan yang diganjar tiket lolos langsung ke putaran final di Uzbekistan.

Keberhasilan tersebut diwarnai kemenangan pertama Coach Shin atas Vietnam. Sebuah partai dramatis di mana gol penentu kejayaan Indonesia dicetak pada menit ke-85.

Sementara itu, timnas senior melaju ke putaran final Piala Asia 2023 lewat jalur runner-up terbaik. Namun perjuangan mereka di fase kualifikasi tak kalah mengesankan.

Menjelang digelarnya kualifikasi bahkan sempat menguar keraguan terhadap timnas. Pasalnya, mereka satu grup dengan tim kuat Yordania dan juga Kuwait yang bertindak sebagai tuan rumah grup.

Peringkat FIFA kedua negara tersebut jauh di atas Indonesia. Mungkinkah meraih poin dari mereka?

Situasi bertambah menegangkan karena hasil drawing mengharuskan Indonesia melawan Kuwait di partai pembuka. Akan tetapi di luar dugaan banyak pihak, Tim Garuda berhasil memenangkan laga dengan skor ketat 2-1.

Meski sempat kalah 0-1 dari Yordania di partai kedua, Indonesia memastikan kelolosan lewat kemenangan besar atas Nepal di laga pamungkas. Skornya, saya yakin Anda masih ingat, 7-0!

Maka, lengkaplah sudah pencapaian Shin Tae-yong bersama timnas Indonesia. Tiga Piala Asia berhasil ia tembus: U-20, U-23 dan level senior.

Tinggal trofi dan gelar juaranya yang belum. Kira-kira kapan, Coach?

Setelah Lolos, Lalu Apa?

Menembus tiga Piala Asia dengan tiga tim berbeda, bolehlah ungkapan luar biasa kita lemparkan pada Shin Tae-yong. Capaian tersebut menurut saya sudah cukup sebagai alasan menyanjung STY.

Pertanyaannya kemudian, setelah lolos ke putaran final lalu apa? Sekadar numpang lewat dan langsung pulang?

Saya pribadi menyadari, berharap timnas menjuarai Piala Asia adalah impian yang terlalu tinggi. Maka, saya bikin lebih sederhana lagi: melihat Indonesia melaju lebih jauh dari fase grup.

Harapan tersebut sudah tak mungkin diwujudkan oleh Indonesia U-20. Hokky Caraka, dkk. sudah melakoni putaran final Piala Asia U-20 di Uzbekistan pada Maret 2023 lalu.

Hasilnya tidak memuaskan, di mana Indonesia gagal melaju ke fase gugur setelah hanya bisa menduduki peringkat ketiga Grup A. Kalah saing dari tuan rumah Uzbekistan dan Irak.

Maka, harapan itu kini saya gantungkan pada timnas senior dan Indonesia U-23. Tim senior akan beraksi lebih dahulu pada Januari-Februari 2024, disusul tim U-23 pada April-Mei 2024.

Untuk tim U-23, saya tidak berharap terlalu tinggi mengingat turnamen tahun depan adalah partisipasi pertama bagi mereka. Mereka debutant.

Asalkan tidak menjadi juru kunci grup saja sudah sangat bagus menurut saya. Namun kalau ternyata diberi kejutan dengan pencapaian lebih dari itu, siapa yang bakal menolak?

Sejarah Baru Lagi?

Adapun untuk tim senior, tuntutan saya jauh lebih tinggi. Saya berharap Shin Tae-yong kembali mencatatkan sejarah baru. Kembali menghadirkan capaian yang belum pernah digapai sebelumnya.

Dalam partisipasi debut pada Piala Asia 1996, Indonesia langsung menghadirkan gebrakan. Kuwait yang datang ke turnamen dengan status juara Piala Teluk ditahan imbang 2-2.

Lalu pada Piala Asia 2000, Indonesia kembali menahan imbang Kuwait untuk mendapatkan satu-satunya poin di turnamen. Namun kali ini Tim Garuda sama sekali tidak mampu mencetak gol.

Tahun 2004, Indonesia menorehkan rekor baru dengan meraih kemenangan pertama di Piala Asia. Qatar yang jadi korban sejarah baru Tim Garuda kala itu.

Indonesia yang dilatih Ivan Kolev bahkan berpeluang melaju ke fase knock-out sebagai runner-up grup. Sayang, hanya butuh tambahan satu poin ketika melawan Bahrain di laga pamungkas, Bambang Pamungkas, dkk. justru kalah.

Di Piala Asia 2007, catatan satu kemenangan bertahan. Kali ini korbannya Bahrain di partai pembuka Grup D.

Indonesia tampil menjanjikan pada gelaran ini. Masih dilatih Kolev, timnas nyaris mengimbangi Arab Saudi dan Korea Selatan di dua pertandingan berikutnya.

Kala melawan Arab Saudi, skor akhir seharusnya imbang 1-1 andai lawan tak mencetak gol kedua di menit terakhir. Ketika menghadapi Korsel, gawang Markus Horison hanya kebobolan sekali dari tendangan di luar kotak penalti.

Nah, untuk Piala Asia 2023 yang akan bergulir awal tahun depan, permintaan saya kepada STY sederhana saja: bawalah Indonesia melaju ke fase gugur.

Walau itu dicapai melalui jalur peringkat ketiga grup terbaik pun tidak jadi masalah, yang penting sejarah baru lolos ke babak knock-out tercipta. Hanya sampai babak 16 besar lalu gugur pun tak apa, syukur-syukur bisa melaju lebih jauh lagi.

Kalau impian saya ini terwujud, STY bakal menjadi pelatih timnas Indonesia dengan catatan rekor baru terbanyak. Itulah prestasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun