Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengubah Fee Kompasiana Rewards Menjadi Reksadana

21 Oktober 2022   13:19 Diperbarui: 21 Oktober 2022   13:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat saya yang tinggal di daerah tanpa Gojek, tidak masalah kalau mau uninstall aplikasinya. Saya masih bisa memantau penerimaan K-Rewards dari akun Bibit atau Tokopedia yang semuanya sudah dihubungkan dengan akun Gopay.

Tertarik mau mengubah K-Rewards jadi reksadana juga, tetapi belum punya akun Bibit?

Gampang. Tinggal instal saja aplikasi Bibit di Google PlayStore atau Apple AppStore. Lalu lakukan registrasi yang kesemuanya full online melalui aplikasi. Siapkan KTP dan pilih tempat yang cukup mendapat cahaya karena akan diminta berswafoto.

Kalau mau dapat cashback Rp25.000 saat pembelian pertama, jangan lupa masukkan kode "investasia" (tanpa tanda petik) pada saat membuka akun Bibit. Teman-teman cukup melakukan pembelian sebesar Rp100.000 untuk mengklaim cashback-nya.

Portofolionya sedang merah alias minus. Tak masalah, top up saja terus. GAMBAR: Dokpri
Portofolionya sedang merah alias minus. Tak masalah, top up saja terus. GAMBAR: Dokpri

Pahami Risikonya

Begitulah seterusnya. Empat kali mendapatkan fee K-Rewards sejak periode Juni 2022, semuanya selalu saya ubah menjadi reksadana di portofolio Kompasiana Rewards tadi. Cuma sekarang posisinya sedang minus -3,92%, sedang merah.

Kok malah minus? Apa tidak rugi, tuh?

Tidak masalah. Namanya saja reksadana saham, reksadana indeks saham, ya sudah jadi keniscayaan nilainya bakal naik-turun mengikuti pergerakan harga saham pembentuk indeks yang diikuti.

Saya malah pernah pegang saham yang harganya minus lebih dari -50% saat crash Maret-Mei 2020 lalu. Sempat panik memang, tetapi saya biarkan saja. Toh, kalau dijual malah jadi rugi beneran. Real loss.

Benar saja, beberapa bulan kemudian harga saham itu malah naik lebih tinggi dari saat saya beli. Langsung saja saya jual dan dapat untung. Cuma setahun kemudian menyesal, karena sekarang harga saham itu naik ribuan persen dari harga rata-rata saya dulu. Nasib....

Demikian pula dengan reksadana saham, pasti bakal mengalami naik-turun harga seperti itu. Makanya harus dipahami benar karakteristik setiap jenis reksadana dan apa saja risiko yang mungkin timbul jika kita menanamkan uang di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun