Nyatanya, poin sebanyak itu sudah terkumpul hanya dalam empat laga. Prediksi saya soal Brugge bakal menggondol 2 poin saja dari Atletico Madrid juga mentah. Ternyata Ruud Vormer, cs. malah dapat 4 poin dan sudah memastikan diri lolos ke fase knockout.
Brugge menjadi tim keempat yang mendapat tiket ke babak selanjutnya secara dini. Sebelumnya sudah ada Manchester City (Grup G), Real Madrid (Grup F) dan Napoli (Grup A).
Pencapaian ini merupakan sebuah sejarah besar bagi Club Brugge. Pasalnya, sejak Liga Champions memakai format baru dengan adanya fase grup pada 1992, belum pernah sekalipun klub Belgia ini melaju lebih jauh dari putaran pertama.
Sejak 1992 itu pencapaian Brugge selalu mentok di fase grup. Klub bernama lengkap Club Brugge Koninklijke Voetbalvereniging ini paling keren hanya finish di peringkat 3 klasemen akhir, untuk kemudian ditransfer ke Europa League.
Dari Liga Champions ke Europa League, itu namanya turun kasta. Turun derajat. Jelas bukan sebuah prestasi yang ingin dirayakan oleh segenap fans Blauw-Zwart, julukan Club Brugge.
Keinginan segenap pendukung adalah Brugge dapat kembali berbicara banyak di level tertinggi Eropa. Kalau perlu kembali menembus partai final seperti pada European Cup (pendahulu Liga Champions) musim 1977-78.
Harapan tersebut bisa saja terwujud pada musim ini. Sekarang baru berupa menembus fase gugur untuk kali pertama selama 30 tahun terakhir. Mana tahu kejutan dan sejarah besar kembali hadir?
Di Luar Dugaan
Kiprah Club Brugge musim ini sungguh di luar dugaan saya. Ketika klub Belgia ini menang 1-0 atas Leverkusen di matchday pertama, saya tidak melihatnya sebagai sesuatu yang layak disebut sebagai kejutan.
Toh, skor pertandingan itu hanya 1-0. Kemudian Brugge juga bermain di kandang sendiri, Jan Breydel Stadium di Brussel. Tambahan lagi, selisih nilai koefisien antara Brugge dan Leverkusen tidak terlalu banyak.
Perhatian saya waktu itu justru tersita pada kekalahan Chelsea di kandang Dinamo Zagreb. Hasil pertandingan inilah bagi saya yang lebih pantas disebut kejutan, sebab menggambarkan ketimpangan kekuatan yang mencolok di antara kedua tim.
Sebagaimana kita ketahui bersama, kekalahan Chelsea di Zagreb tersebut menjadi penyulut dipecatnya Tomas Tuchel. Seolah mengonfirmasi bahwa kemenangan Dinamo atas The Blues merupakan hasil yang tidak dapat diterima.