Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenal Sepak Bola Amputasi yang Membawa Indonesia ke Piala Dunia

9 Oktober 2022   00:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   02:38 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelanggaran atas aturan tersebut bakal membuat si kiper diusir dan timnya terkena hukuman penalti. Ini yang membedakan dari sepak bola regular, di mana kiper bahkan bisa ikut menyerang sampai ke kotak penalti lawan.

Perbedaan lainnya, tidak ada aturan offside dalam amputee football. Gol Aditya ke gawang Jerman pada 7 Oktober lalu lahir dari umpan Muhammad Bahiri yang menunggu di area pertahanan lawan. Kalau di sepak bola regular, epertinya Bahiri dalam posisi offside saat menerima bola sebelum mengumpan ke Aditya.

Oya, ukuran lapangan amputee football kira-kira separuh lapangan sepak bola regular, yakni maksimal 70 x 60 meter. Sedangkan ukuran gawangnya adalah 5 x 2,2 x 1 meter. Jauh lebih besar dari ukuran lapangan dan gawang futsal.

Untuk aturan pergantian pemain mirip dengan futsal, yakni pelatih dapat melakukan subtitusi seberapa sering dia mau sepanjang pertandingan. Termasuk juga memasukkan lagi pemain yang sebelumnya dia tarik keluar.

Gagal Penuhi Target

Kembali ke gelaran Piala Dunia Amputasi 2022, Indonesia dilepas oleh Menteri Pemuda dan Olahraga  Zainudin Amali pada 27 September lalu. Target yang diberikan pada timnas adalah masuk 8 besar.

Namun misi yang diembankan tersebut gagal tercapai. Indonesia tergabung dalam grup berat di fase grup. Salah satunya adalah Inggris, runner-up Euro 2o17 dan perempatfinalis Euro 2021.

Selain itu ada pula Argentina dan Amerika Serikat. Kedua negara ini sudah sering berpartisipasi di ajang Amputee Football World Cup. Capaian mereka selalu melaju ke fase gugur. Argentina bahkan menjadi semifinalis pada edisi 2012 di Rusia.

Bisa ditebak, Indonesia menjadi bulan-bulanan di fase grup. Aditya, dkk. selalu kalah dan tidak pernah mencetak gol barang satu pun. Alhasil, Tim Garuda INAF harus rela melanjutkan perjalanan di Kualifikasi Peringkat 17-24.

Di fase ini, Indonesia menantang Prancis. Di atas kertas sebetulnya kedua tim berkekuatan sama kuat. Malah boleh dibilang Indonesia sedikit lebih baik karena hanya kebobolan 11 gol, sedangkan Prancis yang juru kunci Grup A menderita 13 gol.

Agaknya mental para pemain Indonesia terganggu usai tiga kekalahan beruntun di fase grup. Karena itu mereka tampak kurang tenang saat melawan Prancis. Di ujung pertandingan, lawan mencetak gol sehingga memupus harapan finish lebih tinggi.

Dari Kualifikasi Peringkat 17-24, Indonesia terlempar ke Kualifikasi Peringkat 21-24. Tim asuhan Bayu Guntoro berhadapan dengan Jerman, Rabu (7/10/2022) lalu dan mencatatkan kemenangan perdana. Gol Agung Rizki Satria dan Aditya membuat pertandingan berakhir dengan skor 2-0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun